Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam satu minggu terakhir, dua bank kelas kakap, yakni Bank Mandiri dan BCA mengalami gangguan pada layanan mobile banking. Ini membuat transaksi nasabah tertunda hingga bank berhasil menyelesaikan persoalan yang ada.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menaksir beberapa kerugian yang diderita kedua bank. Mulai dari kekecewaan nasabah yang transaksinya terganggu.
"Kerugian secara nilai dari pendapatan berbasis komisi atau fee based income cukup tinggi. Fee based income BCA maupun Mandiri sudah tiga digit, kisaran miliaran lah," ujar Amin kepada Kontan.co.id, Jumat (4/3).
Belum lagi risiko reputasi dan biaya perbaikan yang harus dilakukan. Lantara ada komplain dan upaya menjaga kembali nama baik seperti sedia kala.
Ia menyatakan terdapat beberapa kemungkinan kendala ini. Mulai dari eror sistem karena besarnya lalu lintas transaksi di satu saat bersamaan. Juga seimbang dengan kekuatan bandwith, sehingga aksesabilitas bermasalah.
Baca Juga: Ini 3 Cara Transfer ke Sesama Bank Mandiri dengan Mudah
"Kemungkinan kedua, infrastruktur, jaringan, daya listrik, support function yang tidak bekerja optimal saat terjadi gangguan, sehingga perlu waktu lebih untuk recovery system," paparnya.
Kemungkinan ketiga, disaster recovery plan atau Business Continuity Plan yang tidak bekerja sebagaimana mestinya untuk memback up sistem utama.
Kemungkinan keempat, Process maintainace atau sevelopment system yang sedang berlangsung, shg mengganggu system utama atau system crash.
"Mereka ksebenarnya siap dan pasti punya back up, hanya pencegahan dan antisipasi biasanya kurang memadai terutama timing ya," tambahnya.
Ia menyebut bank tidak akan pernah bisa memprediksi dan menduga error dan tidak bisa membuat zero error dan zero complaint. Ini sangat komplek dan rumit terkait dengan system dan IT.
"Makanya untuk mengoperasikan IT dan digitalisasi dengan baik, maka tidak hanya hardware dan software tapi brainware dan SDM yang kompeten yqng perlu dilatih rutin," tuturnya.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn mengakui terjadinya gangguan koneksi jaringan sehingga menyebabkan kendala pada beberapa layanan perbankan BCA kemarin, Rabu (2/3).
"Dapat kami sampaikan bahwa per dini hari 3 Maret 2022 koneksi jaringan pada aplikasi BCA mobile telah pulih kembali dan berjalan dengan normal sehingga nasabah dapat melakukan transaksi perbankan di BCA mobile seperti sedia kala," ujar Hera Kamis (3/3).
Ia menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan dan kendala yang sempat terjadi. Hera menambahkan, BCA telah berupaya melakukan proses pemulihan dan perbaikan semaksimal mungkin untuk memastikan kendala jaringan segera pulih kembali.
Ia juga menghimbau kepada nasabah BCA untuk senantiasa berhati-hati terhadap berbagai macam modus penipuan yang mengatasnamakan BCA. Hera mengingatkan agar nasabah selalu kerahasiaan data perbankan yang dimiliki.
Baca Juga: Sempat Terjadi Gangguan, Layanan BCA Mobile Sudah Kembali Normal
"BCA juga berterima kasih atas pengertian dan kesetiaan nasabah yang telah menggunakan layanan perbankan BCA hingga saat ini. Sekali lagi, dari hati terdalam dan penuh ketulusan, kami mengucapkan terima kasih dan kami mohon maaf sebesar-besarnya pada seluruh nasabah kami tercinta," tuturny.
Pada tahun 2021, total volume transaksi BCA naik 42% yoy, terutama didukung oleh transaksi pada mobile banking yang tumbuh sebesar 60% yoy. Hal ini selaras dengan kenaikan jumlah rekening nasabah BCA sebesar 16% yoy mencapai 29 juta di akhir tahun 2021, yang sebagian besar berasal dari layanan pembukaan rekening secara online.
Bila dirinci, transaksi mobile banking BCA mencapai Rp 4.049 triliun pada akhir 2021. Nilai itu meningkat 50,4% yoy dari Desember 2020 sebesar Rp 2.693 triliun. Sedangkan transaksi internet banking melesat 33,7% yoy dari Rp 11.308 triliun menjadi Rp 15.118 triliun di sepanjang 2021.
Lalu transaksi di kantor cabang tetap tumbuh 5,5% yoy dari Rp 12.446 triliun menjadi Rp 13.127 triliun pada tahun lalu. Adapun nilai transaksi ATM BCA mampu tumbuh 6,2% yoy dari Rp 2.020 triliun menjadi Rp 2.145 sepanjang 2021.
Sementara itu Bank Mandiri memastikan layanan Livin' by Mandiri berlogo kuning telah kembali normal dan sudah dapat diakses untuk bertransaksi.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menjelaskan, saat ini pihaknya telah menyelesaikan proses penguraian antrian transaksi yang sempat mengalami lonjakan pada Jumat (25/2).
"Saat ini proses penguraian antrian transaksi telah selesai. Kami berterima kasih atas kesabaran nasabah," ujar Rudi, Jumat (25/2).
Baca Juga: Metaverse Indonesia Tahap Pertama Ditargetkan Meluncur Akhir Tahun Ini
Nasabah Bank Mandiri, lanjut Rudi, sudah dapat menikmati beragam fitur unggulan Livin' by Mandiri. Antara lain, pembayaran dengan scan QRIS, ubah tagihan kartu kredit menjadi cicilan (power installment), transfer antarbank via BI-Fast, hingga top up dan update saldo e-Money Mandiri secara instan.
Tidak hanya itu, nasabah juga dapat melakukan transaksi tarik tunai tanpa kartu di seluruh jaringan ATM Bank Mandiri dan berbagai fitur lainnya. "Kami akan terus berupaya untuk memastikan kenyamanan nasabah dalam menggunakan layanan Livin' by Mandiri untuk memenuhi seluruh kebutuhan nasabah," tutur Rudi.
Tercatat, total transaksi finansial Livin' by Mandiri tembus Rp 1.680 triliun sampai Desember 2021. Hal ini tak terlepas dari peningkatan jumlah pengguna Livin' by Mandiri yang sudah mencapai 9,8 juta pengguna.
Sedangkan jumlah transaksi mencapai lebih dari 1 miliar atau meningkat 54% dari periode akhir 2020 lalu, dengan total nilai transaksi sebesar Rp 1.680 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News