kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Berawal dari channeling, akankah jadi pintu masuk fintech masuk perbankan?


Selasa, 14 Desember 2021 / 17:09 WIB
Berawal dari channeling, akankah jadi pintu masuk fintech masuk perbankan?
ILUSTRASI. Peer to Peer Lending.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kerjasama antara bank dan fintech lending memang sudah cukup sering terjadi. Terlebih, fintech lending kerap digunakan oleh industri perbankan untuk memberikan fasilitas kredit dengan melalui channeling atau kerap disebut menjadi lender.

Jika melihat secara industri, data OJK mencatat peran perbankan menjadi lender institusi terus tumbuh sejak tahun lalu hingga per Oktober sudah ada 120 bank dengan outstanding pinjaman mencapai Rp 3,71 triliun. Sebagai perbandingan, di Januari 2021 jumlah lender dari bank baru berjumlah 79 dengan outstanding pinjaman sebesar Rp 1,6 triliun.

Salah satu pemain fintech lending yang kerap berkolaborasi dengan perbankan ialah Amartha yang sepanjang tahun ini telah mendapat pendanaan dari perbankan mencapai Rp 1,5 triliun. Adapun, bank-bank yang telah bekerjasama antara lain Bank Jatim, Bank BJB, Bank Sumselbabel, BPR Pujon dan BPR Nusumma. 

“Amartha mulai aktif berkolaborasi dengan perbankan sejak 2020 lalu. Beberapa bank tercatat telah bekerja sama dengan Amartha untuk menyalurkan akses permodalan usaha bagi perempuan pengusaha mikro di berbagai daerah,” ujar CCO Amartha, Hadi Wenas kepada KONTAN, Selasa (14/12).

Baca Juga: BNI dan SMI fasilitasi kredit sindikasi proyek jalan tol Cijago Rp 2,68 triliun

Sementara itu,kontribusi pendanaan dari sektor perbankan untuk Amartha ternilai cukup dominan, yaitu lebih dari 60%. Wenas berharap  hal tersebut dapat bertumbuh tahun depan seiring kolaborasi dengan sektor perbankan yang masih akan terus dilakukan.

Kolaborasi dengan perbankan juga dilakukan oleh pemain fintech lending, lainnya yaitu Modalku. CEO Modalku Reynold Wijaya bilang bahwa saat ini pihaknya sudah berkolaborasi ??dengan BCA, BRI Agro, Mayapada serta beberapa BPR untuk penyaluran dana ke UMKM dan dengan BNI sebagai penyedia layanan escrow account bagi pengguna layanan Modalku.

“Salah satu penyaluran pinjaman yang diberikan sebagai hasil kerja sama dengan Bank Mayapada adalah sebesar Rp 250 Miliar. Dana akan disalurkan ke berbagai sektor UMKM yang menjadi peminjam di Modalku,” ujar Reynold.

Reynold pun juga optimis bahwa kontribusi sektor perbankan sebagai lender institusi akan terus bertumbuh di tahun depan. Hal itu dikarenakan ia melihat adanya permintaan institusi perbankan lain  untuk memberikan pendanaan melalui Modalku.

Namun, baik Reynold maupun Wenas sependapat bahwa pihaknya belum memiliki rencana atau minat untuk masuk ke sektor perbankan meskipun sering berkolaborasi. Mereka bilang masih berfokus untuk membantu masyarakat yang belum mendapatkan layanan keuangan.

Baca Juga: Tingkatkan pemanfaatan QRIS, Bank Mandiri dorong transaksi non-tunai di Thamrin City

“Dari layanan ini pun, masih banyak PR kami untuk terus menjangkau jutaan perempuan lainnya agar dapat memperoleh akses permodalan usaha. Jadi dalam waktu dekat, fokus Amartha tetap di microfinance, tapi mungkin inovasinya lebih dominan kepada produknya saja,” ungkap Wenas.

Sedikit berbeda, CEO Investree Adrian Gunadi meskipun bilang juga kalau masih fokus kerjasama dengan perbankan dalam bentuk channeling, namun dirinya tampak mulai melirik bisnis perbankan. “Kita fokus channeling dan kerjasama strategis dengan bank sambil mempelajari landscape dan regulasi digital banking,” ujar Adrian.

Adapun, Investree juga saat ini masih melakukan chanelling dengan beberapa bank yang sampai saat ini masih aktif antara lain BRI, Bank Raya, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank Jago, dan BPR Supra. Adapun, lender institusi di Investree telah berkontribusi sebanyak 44% dari fasilitas kredit yang mencapai Rp 13 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×