Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring kenaikan suku bunga dan ketatnya persaingan menghimpun dana pihak ketiga (DPK), bank mengerek bunga deposito termasuk special rate alias bunga spesial bagi nasabah kaya. Bank yang masuk bank umum kegiatan usaha (BUKU) III merupakan kelompok bank yang memasang special rate deposito paling tinggi.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, bunga spesial deposito BUKU III tercatat sebesar 7,73%. Lebih tinggi dari special rate BUKU IV yang sebesar 7,29%, BUKU II sebesar 7,36%, dan bunga spesial BUKU I yang rata-rata sebesar 7,31%.
Sedangkan secara industri, rata-rata special mencapai 7,44%. LPS memperkirakan kenaikan suku bunga simpanan akan terus berlanjut.
Salah satu bank yang masuk BUKU III, PT Bank OCBC NISP Tbk memproyeksikan pertumbuhan DPK sebesar 10% hingga 15% di tahun ini. Direktur Utama Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja menyatakan pertumbuhan DPK ini harus lebih tinggai dibandingkan target kredit sebesar 10% hingga 13%.
Maka itu, bank ini juga memberikan tawaran special rate bagi nasabah yang memiliki dana jumbo. "Special rate kami sama dengan aturan regulator untuk bank BUKU III yakni 7,75%," ujar Parwati kepada Kontan.co.id akhir pekan lalu.
Parwati menyatakan bila ada kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI), pihaknya akan ikut menaikkan bunga deposito. Ia menyebut sepanjang 2018 lalu, suku bunga deposito OCBC ikut naik sesuai dengan kenaikan bunga BI.
Merujuk situs OCBC NISP, bank ini menawarkan bunga deposito berkisar dari 5% hingga 6,75% untuk penempatan dana lebih dari Rp 100 juta.
Bank Buku III lain, PT Bank Mayapada Internasional Tbk juga menawarkan bunga khusus bagi deposan tajir. Presiden Direktur Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi mengatakan, selisih bunga deposito biasa dan special rate berkisar 25 basis poin (bps) hingga 50 bps.
Bank dengan sandi saham MAYA ini menawarkan bunga deposito sebesar 5,5% hingga 5,75% untuk tenor satu bulan hingga 12 bulan. Artinya special rate deposito Bank Mayapada sebesar 6,25%.
Hariyono menyatakan, pada 2019, pihaknya membidik pertumbuhan DPK dan kredit sebesar 11% hingga 13%. Hariyono mengaku target ini cukup konservatif lantaran kondisi makro ekonomi domestik maupun global belum membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
