Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah tahun 2024 berjalan beberapa bulan, tim ekonom PT Bank Mandiri Tbk menyoroti ada beberapa hal yang masih menjadi tantangan bagi industri perbankan sepanjang 2024. Setidaknya, ada empat tantangan yang disoroti saat ini.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan bahwa tantangan pertama yang menyelimuti sektor perbankan adalah terkait likuiditas. Hal ini tentu disebabkan oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit.
Ia melihat kredit di perbankan terutama bank-bank kelas kakap yang masih mampu mencatatkan pertumbuhan kredit hingga dua digit.
Baca Juga: Tren Risiko Kredit Menurun, Bankir Tetap Berhati-hati
Ambil contoh, Bank Mandiri yang mampu menumbuhkan kreditnya hingga 19,1% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1.435 triliun di kuartal I-2024.
”Bank-bank besar ini cukup agresif di low double digit sampai sekarang kalau kita lihat appetite-nya, sementara DPK hanya tumbuh single digit,” ujarnya, Selasa (14/5).
Sementara itu, Asmo bilang pihaknya masih melihat pertumbuhan kredit industri di tahun ini masih berada di kisaran 9% hingga 10%. Di sisi DPK, pertumbuhan masih sedikit lebih kecil di kisaran 7% hingga 8%.
Lebih lanjut, ia melihat tantangan kedua dari sektor perbankan adalah pemangkasan suku bunga acuan yang diperkirakan mundur dari proyeksi awal.
Padahal, saat pemangkasan suku bunga awalnya bisa terjadi di separuh kedua tahun ini, kredit perbankan bisa terdorong semakin agresif.
”Saat suku bunga bisa turun itu bisa menjadikombinasi yang pas dengan sikap korporasi yang mulai meningkatkan capex di semester kedua,” ujarnya.
Tantangan ketiga, Asmo memandang ada faktor wait and see yang dilakukan korporasi dalam menunggu susunan kabinet baru di Oktober nanti. Namun, ia berpendapat faktor tidak banyak berdampak signifikan.
Baca Juga: Kredit Bank Himbara Mengalir Deras Ke Korporasi BUMN dan Swasta
Terakhir dan utama, Asmo bilang faktor daya beli masyarakat terlebih masyarakat kelas menengah ke bawah bisa menjadi tantangan yang perlu diperhatikan. Menurutnya, ada tanda-tanda faktor daya beli masyarakat yang turun sehingga berdampak pada kredit konsumer.
Menurutnya, perbankan perlu memikirkan strategi-strategi khusus untuk menghadapi tantangan yang terakhir ini. Setidaknya, tantangan tersebut tidak berdampak lebih buruk bagi industri perbankan.
”Strategi utama yang perlu dilakukan perbankan adalah benar-benar melihat sektor mana yang memiliki potensi pertumbuhan yang baik sehingga mitigasi risiko juga bisa dilakukan dengan mudah,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News