Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengoperasian perusahaan tekstil rentan akan risiko kebakaran. Untuk menghindari hal tersebut, pelaku usaha tekstil menggunakan produk asuransi kerugian guna menjaga persediaan bahan baku dan mesin di pabrik.
Namun mengkover perusahaan tektil tidak kecil. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody A.S. Dalimunthe mengungkapkan untuk mengkover perusahaan tekstil biasanya menggunakan skema koasuransi atau pertanggungan asuransi dikover oleh lebih dari satu penanggung.
Baca Juga: Lima produk unitlinknya catat hasil positif di bulan Juli, ini kata Avrist Assurance
“Biasanya kalau tekstil tidak bisa sendiri, tapi koasuransi. Teknisnya polis yang diterbitkan oleh leader koasuransi, namun semua pemberi koasuransi bertanggung jawab sesuai bagiannya masing-masing,” kata Dody kepada Kontan.co.id, Senin (5/8).
Karena jumlah dikover besar, biasanya asuransi yang dilibatkan masih satu grup dengan kreditur perusahaan tekstil. Misalnya saja, perbankan yang punya perusahaan asuransi.
Meski demikian tidak semua okupasi tekstil menggunakan kosuransi karena ada yang dikover oleh satu penanggung. Namun dengan tipikal pertanggungan berisiko tinggi seperti tekstil, penggunaan koasuransi sebagai cara memitigasi dan penyebaran risiko.
Baca Juga: Bakal menggenggam saham LinkAja, Angkasa Pura II lakukan due diligence
Untuk besaran yang ditanggung asuransi, tergantung dari prefensi penanggung mulai dari profil risiko yang dikover dan risk appetite para penanggung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News