Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Johana K.
Jakarta. Masih tingginya biaya dana alias cost of fund di perbankan menjadi sorotan Bank Indonesia (BI). Otoritas perbankan tengah melakukan finalisasi beberapa aturan untuk membenahi struktur dana di perbankan. Aturan ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong pengecilan selisih alias spread bunga kredit dan deposito bank.
Pejabat Sementara Gubernur BI Darmin Nasution mengungkapkan, saat ini BI sudah mendapat data lengkap struktur dana di bank untuk rentang satu bulan.
"Masih kami teliti seperti apa struktur biaya di bank. Kami juga tengah finalisasi sejumlah aturan, yang intinya dari semua (aturan) itu, kami ingin dorong agar spread bunga bank mengecil," jelas Darmin usai sholat Jumat di Mesji Baitul Ichsan Kompleks Bank Indonesia Jakarta, Jumat (5/3).
BI tak menutup mata melihat masih tingginya biaya dana bank sekarang ini terkait erat dengan persaingan industri perbankan dalam berebut dana masyarakat. "Dalam rencana bank tahun ini, mereka sudah bersiap memberi kredit. Oleh karena itu, bank perlu menaikkan dana termasuk dengan cara memberikan insentif (di luar bunga)," paparnya.
Keinginan BI agar bank lebih giat menyalurkan kredit berimbas pada kian agresifnya bank dalam menarik dana pihak ketiga (DPK) sebagai modal ekspansi. Hal ini nyatanya mempengaruhi biaya dana di bank yang masih saja tinggi meskipun bunga deposito sudah dipatok BI di level 7%.
"Cost of fund saat ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2007-2008, meski BI rate saat ini jauh lebih rendah dibandingkan bunga acuan periode yang sama," jelas BI dalam Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) Maret.
Masih tingginya biaya dana bank ini tak lain karena bank semakin gencar menggeber promosi dan memberikan insentif untuk produk dana murah seperti tabungan.Banyak bank memakai strategi pengemasan produk yang nyatanya menghabiskan biaya sama mahalnya dengan produk deposito. "Biaya promosi, insentif di luar bunga, kesemuanya masuk sebagai ongkos operasional yang menjadi bagian dari struktur dana di bank," jelas Direktur Keuangan Bank Bukopin Tri Joko Prihantoro.
Seperti kita ketahui, BI saat ini juga tengah menyiapkan aturan untuk mendorong penyaluran kredit bank yakni melalui insentif tingkat Giro Wajib Minimum (GWM). Karena saling terkait antara target kredit dan imbas pada tingginya cost of fund, BI agaknya butuh waktu lebih lama untuk mengambil kebijakan.
"Itu semua termasuk yang kami bicarakan. BI menahan BI rate juga supaya spread bisa turun sehingga bunga kredit turun. Ini tidak bisa tiba-tiba, aturannya sedang kami finalisasi, tunggu saja," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News