kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI proyeksi transaksi digital banking naik 19% jadi Rp 32.206 triliun sepanjang 2021


Rabu, 07 Juli 2021 / 16:39 WIB
BI proyeksi transaksi digital banking naik 19% jadi Rp 32.206 triliun sepanjang 2021
ILUSTRASI. Nasabah menggunakan aplikasi mobile banking untuk pembayaran belanja?daring .?(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski masih ada pandemi, Bank Indonesia (BI) optimistis keuangan digital tetap positif sepanjang 2021. Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengatakan, hal ini didorong oleh tiga hal yakni peningkatan preferensi dan akseptasi dari masyarakat. 

“Masyarakat yang tadinya tidak digital, terpaksa harus belajar karena PSBB. Ketika merasakan transaksi digital yang memberikan kenyamanan akan mendukung ekonomi keuangan digital,” ujar  FIli secara virtual, Rabu (7/7).

Kedua, pandemi telah mendorong masyarakat untuk melakukan transaksi e-commerce. Ketika, saat ini semakin luas dan banyaknya layanan pembayaran secara digital. 

“Kami proyeksikan transaksi e-commerce di 2021 meningkat 33% mencapai Rp 337 triliun. Penggunaan uang elektronik, kami proyeksikan naik 33% menjadi Rp 266 triliun. Demikian juga, transaksi digital banking dalam hal ini mobile banking dan internet banking diproyeksikan meningkat 19% mencapai Rp 32.206 triliun,” katanya. 

Fili menambahkan, ada empat hal pada outlook ekonomi keuangan digital di sepanjang 2021. Pertama, transformasi produk dan layanan e-commerce dalam penuhi kebutuhan pengguna. Kedua, adanya perluasan kolaborasi antar pelaku sistem keuangan. 

Baca Juga: Pandemi Covid-19 mendorong percepatan ekonomi digital

“Di sini, hasil survei mengatakan 63% korporasi, itu dia berencana meningkatkan investasi di sektor teknologi dan digital. Sebanyak 65% korporasi berencana akuisisi aset di luar negeri ketimbang domestik,” tuturnya.

Masih pada survei yang sama, Fili bilang 49% berencana secara aktif lakukan akuisisi strategis. Lalu 56% di kawasan Asia Tenggara melakukan konsolidasi melalui merger dan akuisisi. 

Ketiga, ada perluasan ekosistem melalui aksi korporasi seperti bank, fintech, dan e-commerce. Keempat, digitalisasi pengelolaan kas perbankan. 

Ia berharap dengan perluasan ekonomi keuangan digital melalui digitalisasi sistem pembayaran akan menjadi momentum pemulihan ekonomi nasional. Sekaligus reformasi struktural untuk menjaga asa di kenormalan baru. 

Dengan covid-19 telah terjadi percepatan transformasi digital dan peningkatan transaksi digital yang semakin terakselerasi. Terlihat dari data BI mencatat terjadi pertumbuhan volume transaksi digital banking hingga 20,8% you pada Maret 2021. 

“Sedangkan secara nominal meningkat 23% mencapai Rp 8.223 triliun dan transaksinya 1.493 juta kali. Juga terjadi peningkatan tren ecommerce, volumenya meningkat hampir 100% mencapai 548 juta transaksi dan nominalnya meningkat 50% mencapai Rp 88 triliun,” papar Fili

Tak hanya itu, volume transaksi uang elektronik ikut melonjak 33% mencapai Rp 61,4 triliun. Fili melihat layanan QRIS semakin banyak digunakan oleh masyarakat saat pembatasan sosial yang memberikan alternatif pembayaran tanpa tatap muka. 

“Volume QRIS meningkat 46,97 juta transaksi. Tapi nominalnya meningkat 120% mencapai Rp 3,42 triliun. Tapi luar biasa jumlah merchant, saat launching QRIS di 17 Agustus 2019, itu jumlah merchant yang adopsi QRIS baru 1.170, saat ini sudah 7,7 juta merchant. Targetnya bersama penyelenggara sistem pembayaran, kita punya target hingga 12 juta merchant pada akhir 2021,”   pungkas FIli.

Selanjutnya: OVO: Adaptasi digital jadi kunci protokol kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×