Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang berlangsung Rabu(4/3) kemarin kembali memangkas suku bunga acuan, BI Rate, sebesar 50 basis poin (bps) dari 8,25% menjadi 7,75%.
Sejak Desember 2008 lalu, sudah empat kali berturut-turut BI memangkas BI Rate. BI melanjutkan pemangkasan BI Rate pada bulan ini karena laju inflasi mulai perlahan.
BI berharap berlanjutnya pemangkasan BI Rate ini akan memacu bank ikut memang kas bunga kreditnya sehingga pebisnis bisa mendapatkan biaya pendanaan yang murah. Ujung-ujungnya, roda ekonomi bisa bergerak lebih cepat.
Namun Gubernur BI Boediono menyadari, para bankir tak bisa seketika merespon penurunan BI Rate. "Memang selalu ada lag waktu," tuturnya, Rabu (4/3).
Meski begitu Boediono tetap mengajak perbankan segera menurunkan suku bunga mereka. "Kami sudah komunikasi apa yang menjadi perhatian kami, dan perbankan juga sudah menyampaikan apa yang menjadi perhatian bagi mereka," tambah Boediono.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Rudjito memperkirakan, bank-bank membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan untuk menurunkan bunga simpanan. "Mereka mempunyai program bujet masing-masing. Tetapi kecenderungan bank menurunkan bunga sudah terlihat," katanya.
Setelah BI memotong BI Rate, biasanya LPS akan menggunting suku bunga penjaminan. Bunga penjaminan LPS ini yang menjadi patokan suku bunga simpanan di perbankan. "Apakah bunga penjaminan turun atau tidak, tunggu saja rapat LPS. Kami harus memutuskannya secara bersama," kata Rudjito.
Ogah pangkas bunga
Namun, harapan suku bunga bank segera luruh tampaknya tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Para bankir kini beralasan, bunga acuan bukan satu-satunya faktor penentu biaya pendanaan.
Direktur Konsumer PT BNI Tbk Darwin Suzandi berpendapat, pertimbangan bank menurunkan bunga tak cuma BI Rate. Perbankan biasanya lebih mempertimbangkan kondisi pasar.
Tetapi Darwin yakin, bankir pasti akan merespon penurunan BI rate secara positif dengan menurunkan bunga. Tapi memang penurunan bunga kredit tidak bisa secepat penurunan bunga simpanan. "Kami tunggu momentum yang tepat," kata Darwin.
Direktur Ritel PT Bank Mega Tbk. Kostaman Thayib menambahkan, ada jeda antara penurunan bunga kredit dengan bunga tabungan karena masih ada selisih pada bunga deposito yang belum jatuh tempo. Saat bunga deposito sudah turun semua, baru bankir bisa memangkas bunga kredit. Karena di saat itu, biaya pendanaan sudah turun.
Direktur Bisnis PT BRI Tbk. Sudaryanto Sudargo juga merujuk ke pasar sebagai alasan mempertahankan bunga. Bankir tak berani memotong drastis bunga simpanan karena takut kehilangan nasabah. "Dunia perbankan itu banyak predatornya. Siapa yang lengah sedikit, akan langsung dilahap," ujar Suryanto.
Karena tak berani menurunkan bunga simpanan, otomatis biaya dana tetap tinggi. Artinya, bunga kredit pun tak kunjung bergerak turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News