Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Federal Internasional Finance (FIF Group) mamasang target moderat di tahun 2019. Perusahaan pembiayaan ini hanya berani menargetkan pertumbuhan pembiayaan di angka satu digit. Meski begitu, perseroan tetap menyiapkan strategi mengarungi bisnis di tahun ini.
Presiden Direktur FIF Group Margono Tanuwijaya mengatakan, tahun ini perseroan menargetkan pembiayaan tumbuh 3% dari realisasi tahun lalu, yakni Rp 38 triliun. Sebab, perusahaan pembiayaan milik grup Astra ini tidak mau terlalu berambisi menargetkan pembiayaan terlalu tinggi tahun ini, karena menghadapi sejumlah tantangan.
“Kami belum mengetahui pasar 2019 seperti apa, dari industri sawit dan batu bara apakah tumbuh secara konsisten atau nggak. Sementara ini, kami memprediksi pertumbuhan tidak terlalu agresif dan akan dilakukan evaluasi setiap tiga bulan sekali,” kata Margono di Jakarta, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Meski tidak agresif, FIF telah menyiapkan sejumlah opsi sumber pendanaan untuk mencapai target pembiayaan sekitar Rp 39,1 triliun. Diantaranya, sumber pendanaan yang berasal dari angsuran debitur, perbankan 40%, skema pembiayaan bersama (joint financing) 20% dan lainnya.
“Kami juga berencana menerbitkan obligasi, tapi kami belum bisa bicara kapannya karena masih menunggu situasi pasar dan kupon. Kami masih menunggu momen yang tepat,” tambahnya.
Selain itu, FIF telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target pembiayaan di tahun ini, diantaranya dengan menggenjot pemasaran, bekerja sama dengan diler, meningkatkan pelayanan kepada debitur dan menambah cabang baru. Serta mengembangkan layanan digitalisasi, seperti penyaluran kredit lewat fintech.
Sepanjang 2018, penyaluran kredit FIF Group tumbuh 10% menjadi Rp 38 triliun. Menurutnya, pertumbuhan pembiayaan sejalan dengan bisnis kendaraan motor yang naik hingga 9,5% di tahun lalu. Komposisi pembiayaan perusahaan, diantaranya 67% adalah pembiayaan sepeda motor baru, 23% motor bekas dan 10% kredit elektronik.
Kenaikan pembiayaan itu berkaitan erat dengan peningkatan daya beli masyarakat, serta kebutuhan kendaraan di luar Jawa, terutama di daerah penghasil komoditas kelapa sawit dan batu bara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News