Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Bisnis pembiayaan alat berat masih suram hingga pengujung paruh pertama tahun ini. Beberapa perusahaan multifinance mengeluhkan sejumlah faktor penghambat yang menjadi biang keladi lesunya pembiayaan alat berat.
Faktor penghambat itu antara lain, harga komoditas pertambangan yang rendah, terutama batubara. Imbasnya, permintaan alat berat minim. Kondisi tersebut makin diperberat oleh aturan pemerintah yang melarang ekspor barang tambang mentah.
Menghadapi kondisi berat seperti itu, sejumlah perusahaan pembiayaan alat berat memasang target konservatif. Buana Finance salah satunya, mematok target penyaluran pembiayaan di kisaran Rp 1,4 triliun sampai akhir Juni nanti atau selama semester I tahun ini. Angka tersebut tumbuh tipis 7,69% dari pencapaian pada periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,3 triliun.
Herman Lesmana, Direktur Buana Finance, mengatakan, perusahaan ini lebih realistis mematok target karena melihat kondisi perusahaan pertambangan yang masih menahan ekspansi. Apalagi jika Buana Finance berkaca dari pencapaian selama kuartal I 2014. Selama tiga bulan pertama tahun ini, penyaluran pembiayaannya turun 5,8% menjadi Rp 578 miliar.
"Kondisi pasar di triwulan pertama kemarin masih slow," ujar Herman, Kamis (12/6). Kendati kinerja kuartal I negatif, mereka optimistis bisa membukukan perbaikan kinerja di kuartal II ini. Rasa optimistis itu ditopang oleh kondisi musiman pasar yang mulai bergairah.
Sikap sama diambil SAN Finance, yang juga memasang target konservatif. Perusahaan multifinance ini hanya berharap penyaluran pembiayaan tahun ini bisa menyamai pencapaian tahun lalu. Sebagai gambaran, selama paruh pertama tahun 2013, pembiayaan SAN Finance mencapai Rp 1,6 triliun. "Target kita relatif sama," kata Direktur SAN Finance, Andrijanto.
Meski membidik target konservatif, SAN Finance harus bekerja keras. Maklum, per akhir kuartal I tahun ini, mereka baru menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 693 miliar, atau turun 11% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Sembari menunggu kenaikan harga komoditas, Buana Finance melakukan rotasi usaha agar kinerjanya tetap kinclong. Porsi pembiayaan alat berat menurun dari 17% di tahun 2012 menjadi 15% per akhir tahun lalu. Sementara itu, sektor pengangkutan barang naik dari 14% menjadi 20%. Begitu pula dari sektor perkebunan yang meningkat dari 16% menjadi 17%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News