Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Perkembangan dunia digital membuat perbankan berbenah diri untuk meningkatan teknologi informasi (TI). Sebut saja, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang menginvestasikan dana khusus untuk pengembangan digital banking.
Bob T. Ananta, Direktur Perencanaan dan Operasional BNI mengatakan, pihaknya menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 1 triliun pada 2017. Investasi tersebut sebesar 50% untuk pengembangan IT dan 50% untuk non digital. “Kami akan mengembangkan teknologi namun masih memanfaatkan cabang,” katanya, Rabu (22/2).
Salah satunya yang akan dikembangkan BNI yaitu pembiayaan kredit dengan cara digital, karena ada permintaan kredit secara online. SEVP Digital Banking BNI Dadang Setiabudi mengatakan, pihaknya telah memiliki produk digital loan yaitu pemberian kredit secara online dengan plafon hingga Rp 5 miliar.
BNI telah menyalurkan kredit secara online sebanyak Rp 4 triliun pada 2016 dengan harapan dapat naik sekitar Rp 2 triliun di tahun ini. Adapun, jumlah kredit secara online senilai Rp 4 triliun itu sebagian penyaluran kredit secara digital murni, dan sebagian lain dengan cara semi digital.
Dadang bilang, saat ini segmen kredit yang disalurkan secara online adalah kredit mikro dan kredit usaha rakyat (KUR) dengan plafon di bawah Rp 25 juta. “Pengajuan kredit dapat secara online namun nasabah tetap harus ke cabang terdekat untuk verifikasi data,” jelasnya.
Dalam pengembangan digital banking, bank pelat merah ini akan mengembangkan platform branchless banking melalui agen-agen BNI. Misalnya, BNI akan bekerja sama dengan perusahaan e-commerce untuk penambahan layanan di agen-agen BNI. Gambarannya, nasabah dapat berbelanja produk di e-commerce kemudian membayar produk di agen BNI.
Rencananya, BNI akan bekerja sama dengan sekitar lima perusahaan e-commerce papan atas pada semester I-2017, serta akan menambah jumlah agen BNI hingga 50.000 agen di akhir 2017 dari posisi akhir 2016 sejumlah 35.000 agen. “Tahun 2017 ini, agen BNI juga akan menjalankan fungsi reveral KUR,” tambahnya.
Harapannya pengembangan digital banking ini akan berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan seperti pendapatan komisi atau fee based income. Dadang menambahkan, pihaknya membidik fee based income dari digital banking tumbuh 20% atau mencapai Rp 1,44 triliun pada akhir 2017 dari posisi Rp 1,2 triliun di akhir 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News