Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) terus menggodok rencana pelepasan saham alias divestasi anak syariahnya. Saat ini, BNI memiliki dua opsi untuk melepas sebagian saham BNI Syariah yakni penawaran saham perdana dan strategic partner maupun keduanya.
Namun dari opsi yang ada, realisasi pelepasan sebagian saham BNI Syariah baru bakal dilakukan jika valuasinya sudah setara dengan Bank Central Asia (BCA) yang memiliki kapitalisasi saham tertinggi dan terbesar di Indonesia. Di akhir 2014 lalu, kapitalisasi saham bank yang terafiliasi Grup Djarum ini mencapai Rp 324,21 triliun dan merebut tahta PT Astra International Tbk (ASII).
Yap Tjay Soen, Direktur Keuangan BNI menerangkan, hasil kinerja BNI Syariah terus membaik dari tahun ke tahun dan di 2014 hasilnya adalah yang terbaik di antara semua bank Syariah. "Maka valuasi dari BNI Syariah akan mirip seperti BCA. BCA bukan bank terbesar tetapi diapresiasi pasar modal dengan harga saham tertinggi di antara semua bank, sehingga kapitalisasi BCA adalah tertinggi dan terbesar," kata Yap kepada KONTAN, Senin (16/2).
Atas dasar itu, Yap menuturkan, opsi IPO, Startegic Partner atau kombinasi dari IPO+Strategic partner bagi BNI Syariah terbuka lebar. Yap berharap, apabila startegi yang dilakukan BNI tepat, maka BNI Syariah akan menjadi "leader" tanpa membebani induknya dengan meminta modal.
"Jadi, BNI Syariah bisa minciptakan dan mendapatkan modal dari luar. Dengan harapan BNI Syariah akan menjadi bank syariah terkemuka di Indonesia. Siapa tahu suatu saat juga di Asean," ungkapnya.
Sampai akhir 2014, BNI Syariah mampu mencetak laba sebesar Rp 163,25 miliar. Laba ini lebih tinggi 38,98% jika dibandingkan dengan laba BNI Syariah pada tahun 2013 yang sebesar Rp 117,46 miliar.
Kenaikan laba BNI Syariah ditopang oleh pendapatan operasional dari penyaluran pembiayaan. Pada periode Januari hingga Desember 2014, penyaluran pembiayaan BNI Syariah tumbuh 33,79% menjadi Rp 15 triliun ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.
Pembiayaan BNI Syariah didominasi kredit konsumsi sebesar 52,06%. Adapun kredit di sektor usaha kecil dan menengah (UKM) sebesar 21,61%. BNI Syariah juga menyalurkan pembiayaan untuk segmen komersial sebesar 16,15% dan mikro sebesar 6,96% dari total pembiayaan.
Sebenarnya, BNI juga punya rencana serupa untuk anak usaha lainnya yakni BNI Multifinance. Namun Yap mengatakan, sampai dengan saat ini, pihaknya belum membuat keputusan konkret untuk BNI Multifinance.
"Apalagi, struktur multifinance business sebenarnya sudah terlalu penuh dan jenuh dengan pemain yang sudah terbentuk lama. Misalnya untuk kendaraan roda empat dan roda dua kalau tidak ada kaitan dengan main dealer dari salah satu merek yang juga kuat," terang Yap.
Yap memberi contoh beberapa pemain bisnis multifinance seperti Astra dengan ACC dan TAFnya, Indomobil dengan IndoFinance, atau pun Yamaha dengan BESS atau BAF. Menurut Yap, pemain-pemain multifinance itu akan kembang kempis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News