Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
Dengan hadirnya BPR e-Cach yang ditargetkan bisa meluncurkan tahun ini maka BPR diharapkan bisa melayani nasabah secara digital dengan smartphone. Tahap pertama, e-Cash ini baru akan hadir di android.
Ketiga, BPR Digi. Ini merupakan aplikasi mobile mirip mobile banking namun hanya bisa digunakan untuk layanan dasar seperti cek saldo dan tidak bisa transfer dana.
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyatakan, kehadiran fintech akan memberikan solusi yang bisa melengkapi ekosistem perbankan melalui berbagai layanan yang diberikan. Kehadiran fintech sangat penting untuk memberikan akses keuangan bagi masyarakat unbanked dan underbanked.
"Kehadiran fintech bisa melengkapi dan kolaborasi dengan perbankan arahnya ke partnership. Misalnya untuk lending, fasilitas loan-nya dari perbankan, sedangkan fintech yang menyalurkannya ke masyarakat, atau dari credit scoring kita bantu perbankan menyasar target yang lebih luas lagi," kata Ketua Bidang Humas AFPI Andi Taufan, Selasa (24/8).
Andi melihat tren fintech belakangan ini juga sangat dinamis. Apalagi sampai saat ini masih banyak masyarakat yang kesulitan mengakses pendanaan dari perbankan, baik individu maupun pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Bank Hasamitra merupakan salah satu BPR yang tengah melakukan penjajakan kerjasama dengan fintech dalam penyaluran kredit. Direktur Bisnis BPR Hasamitra Made Semadi mengatakan, rencana penandatangan perjanjian kerjasama akan dilakukan dalam waktu dekat.
Baca Juga: Kolaborasi antara fintech dengan perbankan meningkat
Selain itu, bank ini telah menyiapkan rencana lain menuju transformasi digital. Perseroan sedang mengajukan izin mengembangkan mobile banking ke Bank Indonesia (BI).
Made bilang, fitur mobile banking tersebut nantinya terdiri dari pembukaan deposito online, pembukaan tabungan online, penarikan tunai di ATM tanpa kartu, pembayaran, dan pembelian.
"Pemenuhan digitalisasi BPR memang tantangannya di regulasi sebab semua mesti berproses. Semoga dalam waktu dekat izin mobile banking ini sudah bisa keluar," pungkas Made.
Industri BPR secara umum masih bisa bertahan di tengah tekanan pandemi Covid-19. Hal itu tercermin dari kredit yang masih berhasil tumbuh dengan likuiditas yang terjaga aman.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit BPR per Mei tercatat sebesar Rp 113,34 triliun atau tumbuh 2,26% secara year on year (yoy) dari Rp 110,83 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 109,43 triliun, tumbuh 10% dari Rp 99,44 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Dimana tabungan mencapai Rp 32,01 triliun atau tumbuh 6,4% yoy.
Jumlah BPR mencapai 1.496 bank atau sudah berkurang dari akhir tahun lalu yang tercatat sebanyak 1,506 bank. Total aset BPR per Mei mencapai Rp 157,39 triliun, meningkat 7,9% dari 145,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Jika mengacu pada data tersebut, Joko Suyanto mengatakan, posisi industri BPR masih mampu bertahan meskipun belum pulih dari dampak Covid-19. Sektor UMKM yang menjadi pangsa pasar BPR belum sepenuhnya bangkit dari tekanan pandemi tersebut.