Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang akhir tahun, kredit pada sektor agribisnis semakin deras mengalir. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) misalnya mencatatkan penyalurkan kredit ke sektor agribisnis tumbuh 40% year on year (yoy) menjadi Rp 9,6 triliun hingga November 2018.
Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto menyatakan penyaluran kredit di sektor Agribisnis memberikan kontribusi 68% dari total kredit BRI Agro.
‘’Yang mampu mendorong pertumbuhan tersebut adalah komoditi kelapa sawit dan turunannya dengan pertumbuhan sebesar 55% yoy. Sampai November 2018, persentase kredit kepada komoditi kelapa sawit sebesar 74% dari total kredit sektor agribisnis,” ujar Agus kepada Kontan.co.id pada Jumat, (14/12).
Agus menyatakan bank dengan sandi saham AGRO ini mencatatkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sebesar 2,96% pada November 2018.
Agus mengaku nilai NPL ini naik tipis dibandingkan November 2017 yang tercatat sebesar 2,95%. Namun Agus menilai NPL BRI Agro masih tergolong wajar sebab masih di bawah 3%.
Pada tahun depan, BRI Agro masih optimistis menyalurkan kredit pada setor Agribisnis. Oleh sebab itu, anak usaha dari Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ini memproyeksikan kredit kepada sektor agribisnis akan tumbuh sekitar 20% yoy.
“Tahun depan yang akan menjadi pendorong pertumbuhan tersebut agribisnis adalah komoditi kelapa sawit, peternakan, industri kelapa dalam yang terintegrasi sesuai dengan rencana strategis kami untuk fokus pada sektor spesifik,” imbuh Agus.
Tak mau kalah dengan anak usahanya, Bank BRI memproyeksi kredit sektor agribisnis tumbuh 20% hingga 25% secara tahunan atau year on year (yoy).
Executive Vice President Agricultural Business Division BRI Agung Sulistiyo menyatakan peluang agribisnis tahun depan masih terbuka lebar lantaran banyak segmen yang belum tersentuh kredit bank.
"Misal kelapa sawit tua yang butuh ditanam kembali, kalau data Kementerian Pertanian tahun ini ada 185.000 hektare yang perlu diremajakan. Tahun depan (replanting) sebanyak 200.000 hektar. Itu salah satu potensinya," ujar Agung.
Lanjut Agung pembentukan 1 juta kluster di sektor agribisnis masih memberikan peluang bisnis tahun depan. Sebab, kluster menghubungkan para petani dengan korporasi.
Agung bilang hingga November 2018, kredit agribisnis tumbuh 17% yoy. Namun secara nominal kredit agribisnis sudah melebihi target BRI. Adapun target kredit bank dengan sandi BBRI ini pada 2018 sebesar Rp 18 triliun.
"NPL agribisnis rendah sekali di bawah 1% karena model petani itu panen dulu langsung bayar. Jadi tidak ada jeda mereka pakai uang dulu uangnya," tambah Agung.
Agung memproyeksi hingga pengujung tahun, kredit Agribisnis BRI bisa bertambah Rp 2 triliun. Adapun penyaluran kredit agribisnis BRI menyasar debitur mikro, kecil, ritel, menengah, dan korporasi.
"Ticket size kredit ritel di atas Rp 1 miliar - Rp 25 miliar. Menengah Rp 25 miliar - Rp 200 miliar. Sedangkan kredit korporasi di atas Rp 200 miliar. Sampai saat ini 20% dari total kredit agribisnis dari korporasi, begitu pun tahun depan," tambah Agung.
Pada tahun depan, BRI akan fokus dalam pengembangan layanan digital untuk sektor agribisnis. Harapannya pengajuan kredit dapat dilakukan secara digital.
Adapun daerah yang bakal menjadi fokus di 2019 meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, serta Sulawesi Selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News