Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memperkirakan potensi restrukturisasi kredit yang akan dilakukan terhadap debitur yang terkena dampak virus corona baru (Covid-19) masih cukup besar.
Meski begitu, bank pelat merah ini memastikan kondisi likuiditasnya masih sangat kuat menghadapi potensi tersebut.
Per Maret 2020, Bank BRI tercatat telah melakukan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 kepada 134.258 debitur dengan nilai mencapai Rp14,9 triliun.
Restrukturisasi dilakukan setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melonggarkan aturan restrukturisasi untuk kredit sampai Rp 10 miliar. Dengan relaksasi itu, kredit yang direstruktisasi akan otomatis masuk kategori lancar.
Baca Juga: Tetap beroperasi, BRI sesuaikan layanan unit kerja di Jakarta sesuai kebijakan PSBB
Cara restrukturisasi bisa dilakukan melalui penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu, pengurangan tunggakan pokok, pengurangan tunggakan bunga, penambahan fasilitas kredit dan konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara. Biaya restrukturisasi itu akan menambah beban bank dan bisa mengganggu likuiditas.
Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI menyebut kondisi likuiditas Indonesia terutama BRI masih sangat kuat dalam menghadapi potensi restrukturisasi kredit. Itu tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) perseroan ini per Februari tercatat 89,5%.
"Kebutuhan likuiditas BRI masih sangat mencukupi. Rasio LCR maupun NSFR pun tetap terjaga diatas minimum yang dipersyaratkan sebesar 100%," urainya pada Kontan.co.id, Jumat (12/4).
Dengan kondisi yang terjadi sekarang, di mana Covid-19 telah menekan banyak bisnis nasabah BRI maka langkah restrukturisasi itu memang harus dilakukan. Haru bilang, langkah itu untuk membantu usaha nasabah yang pada akhirnya akan membantu kinerja perseroan secara keseluruhan.
Baca Juga: BBRI dan TBIG menyiapkan dana untuk melunasi obligasi jatuh tempo April 2020
Pelonggaran giro wajib minimum (GWM) yang dilakukan BI menurut Haru akan sangat membantu mengantisipasi kebutuhan likuiditas yang diperlukan BRI.
Haru mengatakan BRI akan fokus menjaga pertumbuhan di segmen UMKM terutama mikro dengan tetap selektif dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Tujuannya agar bisa tumbuh di tengah lesunya permintaan kredit dan meningkatnya pemburukan aset.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News