Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melaporkan bahwa jumlah restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 sudah semakin melandai. BRI telah menyiapkan langkah antisipasi dengan menyiapkan pencadangan yang cukup.
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengungkapkan, nilai restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di BRI yang telah menurun signifikan sebesar 54,5% dari Rp 256,1 triliun saat awal pandemi, menjadi Rp 116,45 triliun per September 2022.
Secara beriringan, jumlah nasabah restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 sudah berkurang hingga 2,5 juta nasabah.
“Saat ini jumlah nasabah yang tersisa itu 1,4 juta nasabah. Jadi turun 2,5 juta dari posisi tertinggi restrukturisasi Covid-19 BRI pada September 2020 sebesar 3,9 juta nasabah. Kami terus kami monitor supaya kita bisa jaga kualitasnya dengan tetap baik,” kata Agus dalam keterangan resminya, Rabu (7/12).
Baca Juga: Kompak Memerah, Harga Saham GOTO & BBRI Turun di Perdagangan Bursa Rabu (7/12)
Hal ini diikuti oleh kemampuan BRI dalam menjaga kualitas aset sebagaimana ditinjau dari penurunan Loan At Risk (LAR) dan Non Performing Loan (NPL). Angka LAR BRI pada kuartal III-2022 diketahui sebesar 19,3% atau jauh menyusut dibandingkan periode September 2021 yang mencapai 25,62%.
Kemampuan BRI dalam menjalankan fungsi manajemen risiko yang baik juga dapat dilihat dari NPL perseroan yang manageable di level 3,09% pada kuartal III-2022.
Kendati demikian, BRI tetap melakukan langkah-langkah antisipatif dengan menyiapkan NPL Coverage sebesar 278,79% dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir Kuartal III tahun lalu yang sebesar 252,86%.
Kesiapan pencadangan serta fungsi manajemen risiko yang berjalan baik membuat BRI tidak khawatir apabila OJK menghentikan kebijakan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 yang berakhir pada Maret 2023.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Saham Pilihan Ajaib Sekuritas, Rabu (7/12)
Oleh karena itu, BRI menempuh strategi soft landing strategy untuk menjaga kualitas aset agar tetap sehat dan prudent. BRI menyiapkan pencadangan yang memadai, kemudian kita lakukan restrukturisasi dengan terukur yang mengikuti ketentuan.
Saat ini pencadangan khusus Covid-19 hampir Rp 30 triliun yaitu Rp 29,95 triliun, atau hampir 26% dari outstanding restrukturisasi Covid-19 di BRI.
Selain itu aspek likuiditas dan permodalan perseroan yang memadai membuat BRI masih dapat memacu kinerja intermediasi untuk menumbuhkembangkan UMKM.
Likuiditas BRI secara konsolidasi masih terjaga, dengan rasio LDR mencapai 88,51% pada kuartal III-2022 Sedangkan LDR yang optimal ada di level 92%. Sehingga untuk memacu pertumbuhan, kata Agus, likuiditas BRI masih sangat cukup.
Sejalan dengan misi pemulihan ekonomi, BRI tercatat memiliki permodalan yang kuat untuk memacu ekspansi kredit. Hal ini tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) secara konsolidasi yang mencapai 26%.
Baca Juga: Terus Tergerus, Simak Skenario Jika Saham GOTO Ambles ke Level Gocap
Sementara itu, total aset BRI hingga kuartal III-2022 mampu tumbuh 4% Year on Year (YoY) menjadi Rp 1.684,60 triliun. Pertumbuhan aset itu terjadi sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit, hingga akhir September 2022, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat mencapai Rp.l 1.111,48 triliun atau tumbuh 7,92% yoy.
Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83% yoy dari Rp 852,12 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp 935,86 triliun di akhir September 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat menjadi sebesar 84,20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News