Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah. Kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (24/8) mencatat, nilai tukar rupiah kembali nyaris menyetuh level Rp 14.000 per dollar AS.
Ambruknya rupiah telah diantisipasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan melakukan uji ketahanan (stress test) dengan asumsi nilai tukar rupiah di level Rp 14.000 per dollar AS. Hasilnya menunjukkan daya tahan perbankan masih baik.
Namun demikian, perbankan tetap berjaga-jaga dengan melakukan stress test hingga rupiah menambus angka Rp 16.000 per dollar AS. Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, Sunarso mengungkapkan, perseroan melakukan stress test sampai pelemahan rupiah mencapai Rp 16.000.
Di level tersebut, kata Sunarso, jika kemungkinan terburuk terjadi, maka rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross BRI dapat tembus ke level 2,5%.
Saat ini, kata Sunarso, NPL nett bank dengan kode emiten BBRI ini berada di posisi 0,66%. Perseroan akan menjaga NPL agar tidak naik hingga akhir tahun mendatang. Menurut Sunarso, melemahnya nilai tukar rupiah tidak akan terlalu berpengaruh banyak terhadap bisnis perseroan.
Hal ini lantaran bisnis BRI utamanya ditopang oleh kredit mikro dengan denominasi rupiah. Sunarso merinci, dari total penyaluran kredit yang dilakukan perseroan, hanya sebanyak 20% disalurkan kepada sektor korporasi. Dari angka tersebut, kata Sunarso, didalamnya banyak penyalurkan kredit dengan denominasi rupiah.
"BRI masih aman karena portofolio kredit valas BRI sangat kecil. Portofolio kredit korporasi hanya 20% dari total keseluruhan portofolio kredit BRI. Dari angka 20% itu, dalamnya masih banyak rupiah dan dollarnya sangat kecil. LDR Valas BRI baru 60%. Kalau dengan penggunaan perhitungan LFR maka lebih rendah lagi," ucap Sunarso akhir pekan kemarin, Jumat (21/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News