Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Krisis utang raksasa pengembang Evergrande China ke bisa memberikan dampak kepada Indonesia. Setiyo Wibowo, Direktur Risk Management and Transformation BTN menyatakan BTN terus melakukan observasi terhadap kasus ini.
Terlebih pasar properti China terbilang besar. Evergrande saja sebagai pengembang nomor dua di negeri itu memiliki utang sekitar Rp 5.000 triliun atau hanya 5% dari pasar properti China. Nilai itu tidak jauh berbeda dibandingkan total penyaluran kredit perbankan senilai Rp 5.563 triliun per Juli 2021.
“Dalam jangka pendek (short time) bisa berdampak ke pasar Indonesia meski relatif terbatas. Tapi jangka panjang, kita harus waspadai. Bila China sampai krisis mortgage, mungkin bisa juga berimbas pada market Indonesia,” ujar Setiyo, Jumat (8/10).
Baca Juga: Ingin jadi best mortgage bank di Asia Tenggara, BTN harus kejar ROE DBS dan CIMB
Ia bercermin dari pengalaman yang sudah pernah ada. Pada 2012 hingga 2013 lalu, Indonesia mengalami krisis di sektor baja. Hal ini juga dipacu oleh krisis baja dari China.
Kala itu, pemerintah China menutup berbagai perusahaan baja. Imbasnya, pelaku bisnis baja asal Tiongkok mencari pasar baru dan masuk berbondong-bondong ke Indonesia. Sehingga industri baja Indonesia pun ikut terganggu dan krisis.
“Di Indonesia terkait properti itu bisa saja, tapi kita masih observasi, tapi industri mortgage, itu terkait sertifikasi tanah, harapannya pemerintah bisa berikan proteksi pada sektor perumahan di dalam negeri, pungkasnya.
Selanjutnya: Permintaan kredit menggeliat, bank bisa kembali andalkan pendapatan bunga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News