Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 25 basis poin ke level 3,75% bakal meningkatkan persaingan himpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan, terutama bagi bank kecil. Kendati demikian, bankir masih optimistis kredit bisa tumbuh di sisa paruh kedua 2022.
PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) menyatakan tidak akan merespons kenaikan suku bunga acuan, namun akan memperhatikan perkembangan pasar.
Wakil Direktur Utama Bank Oke Hendra Lie mengakui, pada paruh pertama 2022, kredit bank masih mampu tumbuh 27%.
“Permintaan kredit sudah terlihat meningkat. Bank Oke akan tetap menyasar segmen UMKM dan komersial, dengan sektor food and beverage , healthcare, logistik, dan telekomunikasi hingga sisa 2022,” ujar Hendra kepada Kontan.co.id, Rabu (24/8).
Baca Juga: Margin dan Bunga Masih Tinggi, BI Memantau Bank Digital
Bank Oke sudah menyalurkan kredit senilai Rp 7,07 triliun hingga Juli 2022. Naik 45,77% year on year (yoy) dibandingkan Juli 2021 sebesar Rp 4,85 triliun. Ia optimistis, kredit bisa menyentuh Rp 8 triliun di penghujung tahun.
PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) juga akan mengkaji kenaikan suku bunga BI terhadap bunga simpanan dan pinjaman.
“Ini tidak akan mengganggu permintaan kredit dan net interest margin bank selama ekonomi masih bertumbuh. Tentunya permohonan kredit modal kerja akan meningkat,” ujar Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu.
Begitupun dengan bank besar yang masih optimistis penyaluran kredit masih akan mampu tumbuh optimal. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan perubahan suku bunga bank sentral diproyeksikan tidak akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kredit.
“Mengingat suku bunga kredit bukan satu-satunya variabel untuk meningkatkan pertumbuhan kredit nasional. Berdasarkan perhitungan model ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat,” ujar Aestika.
BRI tetap optimistis mampu menumbuhkan kredit di kisaran 9% hingga 11% yoy hingga akhir tahun 2022. Hingga saat ini, Aestika bilang BRI tidak merevisi pertumbuhan yang ditetapkan pada awal tahun. Seiring dengan itu, BRI optimistis net interest margin dapat menjaga dikisaran 7,7% hingga 7,9%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut meski terjadi kenaikan BI Rate 25 bps, ia optimistis penyaluran kredit masih akan terus meningkat. Sebab, penawaran dan permintaan kredit masih kuat.
Data BI menunjukkan, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 27,92%, sehingga penawaran bank tinggi.
Faktor lain, lending standar (risk appetite) atau keinginan bank salurkan kredit terus naik. Ketiga, inisiatif dari pemerintah dan regulator terus bergulir.
Dari sisi permintaan, kinerja korporasi dan rumah tangga. Sebagian besar korporasi itu itu sudah jauh membaik, korporasi penjualannya cukup tinggi.
Baca Juga: Bunga Naik, Bankir Tak Merevisi Target Kredit
“Bahkan ada rencana peningkatan belanja modal terus naik. Walau masih ada sektor yang baru tumbuh yg dipengaruhi mobilitas seperti perhotelan dan transportasi, tapi sektor lain seperti ekspor, makanan dan minuman, dan perdagangan sudah cukup membaik. Begitupun permintaan kredit UMKM terus meningkat,” jelasnya.
BI pun telah menaikkan target kredit perbankan jadi lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal tahun menjadi 9% hingga 11%. Semula, bank sentral memasang outlook pertumbuhan kredit tumbuh 6% hingga 8% di sepanjang 2022.
Bank sentral mencermati perbankan terus mengenjot fungsi intermediasi di tujuh bulan pertama 2022. Analisis Uang Beredar BI mencatatkan penyaluran kredit tumbuh 10,5% secara tahunan mencari Rp 6.143,7 triliun hingga Juli 2022.
"Kredit kepada perorangan tumbuh 10,0% yoy menjadi Rp 2.928,7 triliun per Juli. Sementara itu, kredit kepada korporasi tumbuh 12,1% secara tahunan menjadi Rp 3.168,2 triliun," mengutip keterangan resmi BI pada Rabu (24/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News