CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Catat Kinerja Ciamik di Tahun 2023, Bank Asing Optimis Lihat Peluang Bisnis Tahun Ini


Selasa, 02 April 2024 / 20:04 WIB
Catat Kinerja Ciamik di Tahun 2023, Bank Asing Optimis Lihat Peluang Bisnis Tahun Ini
ILUSTRASI. Paparan kinerja Citi Indonesia. Sejumlah bank asing yang berkantor cabang di Indonesia telah merilis laporan keuangan 2023, dengan capaian kinerja yang apik.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank asing yang berkantor cabang di Indonesia telah merilis laporan keuangan, dengan capaian kinerja yang apik menutup tahun buku 2023.

Di sisi lain, menyongsong tahun buku 2024, sejumlah bank asing juga melihat kinerja bisnis perbankan khususnya segmen kredit akan mulai melaju di semester II-2024, sejalan dengan The Fed yang diproyeksikan akan menurunkan suku bunga acuannya.

Jika melihat kinerja laba bank asing, PT Bank CTBC Indonesia asal Taiwan tumbuh paling tinggi, melesat hingga 306,9% YoY menjadi Rp 169,3 miliar pada tahun 2023. 
Selanjutnya ada Mitsubishi UFJ Financial Group, Inc. atau MUFG Bank Kantor Cabang Jakarta (MUFG) mencatatkan kinerja yang ciamik menutup tahun buku 2023, dengan perolehan laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun atau meningkat 186% dibandingkan dengan tahun 2022. 

Baca Juga: Modal Asing Hengkang Rp 1,36 Triliun Pada Pekan Keempat Maret 2024

PT Bank DBS Indonesia juga mampu mencatatkan kinerja yang impresif sepanjang 2023. Laba bank melonjak 87,83% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1,69 triliun. 

Sementara itu, Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) menjadi salah satu bank asing dengan pertumbuhan laba cukup tinggi di antara yang lainnya, dimana kinerja laba bersih Citi tumbuh melesat 82% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 2,5 triliun pada tahun 2023.

Dari sisi intermediasai, migrasi bisnis konsumer Citi Indonesia ke UOB Indonesia menyebabkan penurunan total kredit dari Rp 39,19 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 35,39 triliun pada tahun 2023. 

Namun segmen bisnis Institutional Banking mencatat pertumbuhan kredit sebesar 15%, terutama dikontribusi oleh pertumbuhan sektor perantara keuangan. 

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan tahun ini pihaknya akan memulai babak baru dalam bisnisnya dengan hanya fokus pada institutional banking. Batara juga menyebut di lini wholesale banking, pohaknya akan fokus pada bisnis Perbankan Korporat, Perbankan Komersial,  Markets, Treasury and Trade Solutions dan Layanan Sekuritas. 

"Indonesia tetap menjadi pasar yang  penting bagi Citi, dan ke depannya, kami akan terus memanfaatkan jaringan global yang kami miliki. Tahun ini kami targetkan pertumbuhan kredit dan DPK tumbuh high single digit," kata dia kepada Kontan saat ditemui di Jakarta, Selasa (2/4).

Adapun tahun ini Citi Indonesia menilai beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan bisnisnya, terutama di segmen penyaluran kredit korporasi. 

"Tantangannya masih ada wait and see terkait dengan Pilpress, tapi ini kan sebenarnya pemilihan sudah selesai, berharapnya kredit dan investasi akan mulai meningkat di Semester kedua ke depan," kata Batara.

Adapun sektor-sektor yang terus bergariah dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini di antaranya adalah sektor manufaktur dan pengolaha, pertambahan dan penggalian, hingga properti. Demikian halnya Batara menyebut Citi Indonesia akan melihat peluang-peluang di sektor-sektor potensial tersebut.

Senada, PT Bank HSBC Indonesia juga melihat tantangan serupa terkait bisnis bank asing tahun ini. Managing Director dan Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya mengatakan, para gelaran Pilpres yang sebelumnya menjadi faktor perlambatan kredit perbankan tahun ini akan segera selesai. 

Baca Juga: BNI Targetkan Kredit Valas Tumbuh Hingga 11% di Tahun 2024

Maklum saja, kepastian kebijakan politik menjadi salah satu pertimbangan masuknya dana investor asing ke Indonesia, namun dengan Piplres yang akan selesai, bisnis juga akan mulai melaju.

“Memang di kuartal pertama 2024 kredit korporasi agak melambat. Faktornya ketidakpastian global dan juga Pilpres. Tapi, kita sudah mulai settle down, mengingat Pilpres sudah usai, jadi ekonominya bisa berjalan lagi,” kata dia

Lebih lanjut Riko menyebut tahun ini HSBC Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 8% sampai 9% tahun ini. 

Strategi HSBC Indonesia untuk mendorong lajut pertumbuhan kredit tahun ini, yakni dengan menyasar sektor-sektor potensial seperti ekosistem baterai kendaraan listrik, kesehatan, ekonomi digital hingga ESG.

Tahun lalu, HSBC Indonesia mencatatkan kinerja laba bersih tumbuh 28,27% YoY menjadi Rp 2,45 triliun pada tahun 2023. Sejalan dengan itu pertumbuhan kredit menurun 3,37% menjadi Rp 54,46 triliun. DPK juga menurun 4,29% menjadi Rp 86,32 triliun pada tahun 2023.

Di sisi lain Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada Juni 2024 mendatang. 

Selain itu saat ini Helmi menyebut harga-harga komoditas impor juga relatif terkendali, sehingga inflasi Indonesia akan bergerak turun di bawah level 3%. 

"Terkait dengan neraca pembayaran Indonesia  masih cenderung terpengaruh negatif oleh diferensial suku bunga yang ketat, ini mendorong korporasi yang memiliki pendanaan dalam dollar untuk melakukan refinancing dalam mata uang rupiah, ini mempengaruh supply demand di pasar valas domestik," kata dia.

Meski begitu Helmi memproyeksikan ruang penurunan suku bunga baru akan menurun jika The Fed membuka peluang penurunan suku bunga acuannya, tantangan-tantangan walaupun penurunan inflasi Amerika Serikat bergerak lambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×