kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Ekonom Soroti Maraknya Fraud di Startup, Kepercayaan Investor Terancam


Minggu, 03 Agustus 2025 / 15:49 WIB
Ekonom Soroti Maraknya Fraud di Startup, Kepercayaan Investor Terancam
ILUSTRASI. Aplikasi yang dikembangkan startup. Sejumlah startup Indonesia kembali menjadi sorotan akibat dugaan praktik bisnis yang tidak sehat,hal membuat investor semakin berkurang.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah startup Indonesia kembali menjadi sorotan akibat dugaan praktik bisnis yang tidak sehat.

Setelah Investree dan eFishery, kini Tanihub disebut dalam dugaan kasus pencucian uang. 

Rentetan kasus ini memunculkan kekhawatiran tentang lemahnya tata kelola di sektor startup digital tanah air.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menilai, tekanan untuk segera meraih profitabilitas menjadi salah satu akar masalah. 

Baca Juga: Dorong Belanja Berkelanjutan, Startup Lokal Garap Pasar Recommerce

“Hal ini tampaknya mendorong perusahaan digital melakukan fraud dengan praktik pembukuan ganda demi menunjukkan seolah-olah telah untung, terutama di hadapan investor,” ujar Nailul kepada Kontan, Minggu (3/8).

Ia mencontohkan eFishery, yang pada 2022 sempat diberitakan meraih keuntungan besar, bahkan melebihi startup decacorn. 

Kondisi ini membuatnya tampak menonjol di tengah banyaknya startup yang masih merugi.

Namun, jika benar terjadi fraud, dampaknya bisa luas dan sistemik bagi ekosistem digital.

Nailul menekankan, kasus-kasus ini telah menggerus kepercayaan investor. 

Baca Juga: Ini 5 Startup yang Masuk Program Zenith Akselerator MCI Tahun 2025

“Mereka mulai berpikir ulang untuk menanamkan modal, apalagi sejak 2022 pendanaan startup sudah menurun karena kenaikan suku bunga,” jelasnya. 

Berdasarkan data Dealroom.co, investasi ke startup digital Indonesia anjlok dari Rp 144,06 triliun pada 2021 menjadi hanya Rp 5,39 triliun hingga November 2024.

Meskipun begitu, Nailul melihat potensi perbaikan. Menurutnya, pola investasi ke depan harus lebih menekankan transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik. 

Baca Juga: Perbankan Bisa Hentikan Penyaluran Kredit ke Fintech Hingga Startup, Ini Pemicunya

Investor diharapkan tak hanya mengejar keuntungan cepat, tapi juga menjadi mentor yang membekali startup dengan pemahaman manajemen risiko, keuangan, dan pertumbuhan jangka panjang.

"Kasus eFishery bisa menjadi titik balik untuk membangun fondasi bisnis startup yang lebih sehat dan berkelanjutan," pungkas Nailul.

Selanjutnya: Pesawat Latih FASI Jatuh di Bogor, Marsma TNI (Purn) Fajar Adriyanto Meninggal Dunia

Menarik Dibaca: Waspadai Anak yang Menggunakan Chatbot AI dan Teman Virtual di Era Digital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×