kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.754.000   -4.000   -0,23%
  • USD/IDR 16.854   -289,00   -1,74%
  • IDX 6.016   -494,66   -7,60%
  • KOMPAS100 849   -79,98   -8,61%
  • LQ45 673   -61,17   -8,33%
  • ISSI 185   -16,09   -7,99%
  • IDX30 355   -31,49   -8,14%
  • IDXHIDIV20 431   -36,74   -7,85%
  • IDX80 96   -9,08   -8,62%
  • IDXV30 102   -8,84   -7,97%
  • IDXQ30 117   -9,81   -7,73%

Cermati Rekomendasi Saham dan Proyeksi Emiten Bank Usai Libur Panjang Hari Ini


Selasa, 08 April 2025 / 07:15 WIB
Cermati Rekomendasi Saham dan Proyeksi Emiten Bank Usai Libur Panjang Hari Ini
ILUSTRASI. Para analis membeikan rekomendasi saham dan proyeksi untuk emiten perbankan KBMI 4 setelah pembukaan perdagangan pasca libur Lebaran


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca libur panjang Nyepi dan Lebaran, pergerakan saham perbankan, terutama big caps, diproyeksi kembali tertekan dalam pembukaan perdagangan hari ini (8/4). Hal ini berbanding terbalik dari tren positif pergerakan saham bank menjelang libur panjang yang lalu.

Seperti diketahui, saham-saham bank besar mengalami penguatan selama sepekan sebelum libur panjang. Salah satu faktor yang mempengaruhi penguatan tersebut adalah hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), terutama pengumuman bagi dividen yang mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.

Sekedar mengingatkan, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengalami kenaikan saham yang paling tinggi di antara bank KBMI 4 lainnya. Dalam sepekan terakhir sebelum libur panjang, saham BMRI naik 12,55% menjadi Rp 5.200 per saham.

Adapun, peningkatan tersebut juga menandai kembalinya harga BMRI ke level Rp 5.000 per saham. Seperti diketahui, harga BMRI telah anjlok di bawah level Rp 5.000 sejak tanggal 25 Februari 2025 yang ditutup di level Rp 4.870 per saham.

Baca Juga: Jelang Pembukaan IHSG, BEI Putuskan Auto Rejection Asimetris, Turun Maksimal 15%

Di posisi kedua ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dalam sepekan terakhir sebelum libur panjang telah menguat 10,66% menjadi Rp 4.050 per saham. Sama halnya dengan BMRI, peningkatan tersebut juga membuat BBRI kembali ke level Rp 4.000 sejak 20 Februari 2025.

Tak hanya itu, penguatan BBRI juga membuat harga saham ini hanya turun sekitar 0,74% secara year to date (ytd). Padahal, BBRI sempat anjlok hingga 17,65% secara ytd menjadi Rp 3.360 per saham pada 28 Februari 2025.

Selanjutnya, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengalami kenaikan tak sebesar bank pelat merah lainnya yang masuk KBMI 4. Saham BBNI hanya naik sekitar 3,92% selama sepekan sebelum libur panjang menjadi Rp 4.240 per saham.

Terakhir, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik paling sedikit dalam periode seminggu sebelum bursa tutup sekitar 1,49% menjadi Rp 8.500 per saham. Tak hanya itu, BBCA tercatat mengalami koreksi paling dalam di antara KBMI 4 lainnya jika dilihat sejak awal tahun yaitu terkoreksi 12,14% ytd.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila pun memproyeksikan tren peningkatan tersebut tak akan berlanjut pasca libur panjang ini. Sebaliknya, Indy melihat untuk jangka pendek, saham perbankan ada tekanan dan potensi koreksi.

Ia bilang sentimen dividen yang terjadi sebelumnya sudah ter-priced in oleh investor. Alhasil, sentimen yang tersisa saat ini memiliki pengaruh negatif seperti masih tidak pastinya perekonomian terutama tarif trump yang dikhawatirkan makin agresif.

 

Lebih lanjut, Indy melihat inflasi yang dapat meningkat dan suku bunga acuan yang masih belum pasti akan memicu tekanan jual dari asing maupun domestik. Ini sembari investor memantau kebijakan internal juga yang dapat mempengaruhi kinerja emiten perbankan.

“Sebenarnya sekarang menunggu outlook suku bunga acuan dulu. Diharapkan dengan suku bunga acuan yang turun nanti penyaluran kredit bisa lebih terjaga sehingga kinerja juga bisa pulih perlahan,” ujar Indy, Senin (7/4).

Lebih lanjut, Indy memproyeksikan BMRI dan BBNI tampaknya masih ada potensi koreksi tidak terlalu dalam jika dibandingkan bank KBMI 4 lainnya.  Menurutnya, BMRI dan BBNI masih kuat secara fundamental dan valuasi juga masih bagus serta loan growth yang masih cukup terjaga.

Dalam hal ini, Indy masih menargetkan harga BMRI sampai akhir tahun bisa mencapai Rp 6.100 per saham. Sementara itu, untuk harga BBNI, Indy menargetkan harganya bisa mencapai Rp 5.175 per saham.

“Tapi  untuk saham-saham ini sebenarnya masih dalam pemantauan juga jadi wait and see,” ujar Indy.

Sependapat, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi melihat secara pergerakan, saham perbankan akan terjadi tekanan di pasar dan juga capital outflow diprediksi akan kembali terjadi. Menurutnya, ini memiliki korelasi positif dengan ekonomi makro yang terjadi saat ini.

Ia pun menyoroti pengenaan tarif resiprokal AS ke Indonesia sebesar 32% yang secara tidak langsung berdampak pula pada saham perbankan. Misalnya, The Fed yang mengkhawatirkan kondisi inflasi AS yang berpotensi meningkat sehingga pemangkasan Fed Rate diperkirakan lebih sedikit dan Bank Indonesia (BI) berpotensi melakukan hal yang sama. 

Baca Juga: Transaksi Mesin EDC BNI Naik 36,12% Per Akhir Februari 2025

“Kami melihat ini akan berdampak pada demand kredit dan juga meningkatnya cost of credit,” ujarnya.

Tak hanya itu, Audi juga menyoroti kebijakan pemerintah Indonesia terkait dilakukannya penghapusan piutang untuk UMKM bermasalah. Di mana, ini akan berdampak pada pengurangan pendapatan bunga dan pokok kredit dari bank BUMN, meski disisi lain akan mengurangi beban UMKM.

“Saham rekomendasinya adalah BBCA, beli dengan target harga Rp 9.250 dan BMRI, beli dengan target harga Rp 5.450,” ujar Audi.

Selanjutnya: Risiko Meningkat, Investasi Aset Likuid Lebih Disarankan

Menarik Dibaca: 6 Rekomendasi Novel Fiksi Sejarah Indonesia Terbaik, Tak Cuma Laut Bercerita

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×