kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.364   50,00   0,31%
  • IDX 7.104   -52,04   -0,73%
  • KOMPAS100 1.035   -8,12   -0,78%
  • LQ45 792   -7,78   -0,97%
  • ISSI 231   -1,15   -0,50%
  • IDX30 412   -2,89   -0,70%
  • IDXHIDIV20 482   -3,15   -0,65%
  • IDX80 116   -0,94   -0,81%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 132   -1,06   -0,79%

Credit Scoring Jangan Cuma Lihat Rekam Jejak, Juga Perubahan Perilaku Digital Nasabah


Rabu, 18 Juni 2025 / 11:25 WIB
Credit Scoring Jangan Cuma Lihat Rekam Jejak, Juga Perubahan Perilaku Digital Nasabah
ILUSTRASI. Bisnis fintech peer to peer (P2P) lending.


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Di tengah melonjaknya nilai outstanding pendanaan financial technology (fintech) lending, tantangan industri tak lagi sekadar soal pertumbuhan, melainkan juga soal kualitas dan ketahanan risiko.

Hingga April 2025, pendanaan fintech menembus Rp 80,9 triliun. Rasio kredit bermasalah (TWP90) yang tercatat 2,93% mendorong pentingnya evaluasi ulang terhadap praktik penilaian kelayakan pinjaman. Terutama melalui pemanfaatan credit scoring yang berbasis data, akurat dan realtime.

Presiden Direktur PT Kredit Biro Indonesia Jaya (CBI), Anton K. Adiwibowo menegaskan, sistem credit scoring tidak lagi bisa bersifat statis dan hanya berorientasi pada riwayat kredit konvensional.

Di era digital, keputusan pinjaman perlu diambil dalam hitungan detik, penyedia informasi kredit harus hadir sebagai infrastruktur analitik yang responsif, terpercaya, dan mampu menyerap berbagai sumber data alternatif.

Baca Juga: Credit Scoring Fintech Masih Perlu Dibenahi

“CBI mendorong pendekatan dynamic analytics innovation, yakni pengembangan sistem credit scoring yang tidak hanya akurat dalam penilaian risiko, juga adaptif terhadap perubahan perilaku digital nasabah,” jelas Anton, dalam rilis ke Kontan.co.id, Selasa (17/6). 

Asosiasi Pengelola Informasi Kredit ( APiiK) juga mendorong penguatan peran biro kredit. Lembaga pengelola informasi kredit kini telah berevolusi menjadi infrastruktur krusial dalam pengambilan keputusan digital lending, dengan standar sistem, keamanan, dan kecepatan yang mendukung proses real-time approval dan pengambilan keputusan risiko secara otomatis.

Dengan dukungan biro kredit, fintech lending diharapkan dapat mengembangkan fitur seperti early warning system, pengelolaan limit dinamis, dan penyesuaian harga berbasis risiko (risk-based pricing).

Selanjutnya: Perluas Ekspansi, Summarecon Agung (SMRA) Dirikan Perusahaan Baru hingga Beli Tanah

Menarik Dibaca: Bethsaida Hospital Perkuat Bisnis Lewat Transformasi Digital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×