Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suku bunga bank kredit terpantau tetap tinggi meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-rate telah turun tiga kali dalam setahun terakhir. Ini terlihat dari Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) beberapa bank digital yang bertahan tinggi mencapai dua digit.
Salah satunya adalah PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) yang memiliki SBDK di kisaran 9,69% hingga 24,04% per April 2025. Adapun, SBDK tertinggi diberikan untuk kredit UMKM mikro dan kredit konsumsi non KPR yang sama-sama di level 24,04%.
Jika dilihat lebih rinci, SBDK yang tinggi untuk dua segmen tersebut dikarenakan bunga overhead yang juga tinggi mencapai 16,21%. Di mana, bank digital milik Tolaram ini hanya mengambil marjin keuntungan 2%.
SVP Finance Amar Bank David Wirawan mengungkapkan kebijakan suku bunga kredit mengacu pada pendekatan risk-based pricing yang mempertimbangkan secara cermat beberapa faktor. Di antaranya adalag profil risiko nasabah, kualitas portofolio, tingkat pengembalian yang wajar, serta daya serap pasar.
“Perlu dipahami bahwa segmen UMKM dan individu yang belum terlayani ini memiliki profil risiko yang secara inherent lebih tinggi,” ujarnya kepada KONTAN (14/6).
Oleh karenanya, ia menegaskan setiap keputusan terkait suku bunga ini dilakukan melalui proses evaluasi yang komprehensif dan berorientasi jangka panjang.
Baca Juga: Tumbuh 15%, Bank Amar Salurkan Kredit Rp 3,18 Triliun di Kuartal l 2025,
Dalam konteks dinamika BI-rate, ia memastikan terus memantau perkembangan tersebut sebagai bagian dari referensi kebijakan. Hanya saja, ia bilang penyesuaian suku bunga kredit tidak bersifat otomatis, melainkan disesuaikan dengan kesiapan internal serta kondisi pasar secara menyeluruh, termasuk struktur biaya dana dan prospek pertumbuhan ekonomi.
Untuk segmen digital dan UMKM yang menjadi fokus utama, ia menjelaskan pihaknya berupaya menjaga keseimbangan antara daya saing bunga dan keberlanjutan bisnis. Ini sejalan dengan evaluasi agar penyaluran kredit tetap inklusif dan sehat, tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian.
“Kami akan terus mengikuti perkembangan makroekonomi dan regulasi untuk memastikan bahwa kebijakan suku bunga kami tetap adaptif, kompetitif, dan mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional,” ujarnya.
Tak hanya Amar Bank, ada juga PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang juga memiliki SBDK mencapai dua digit. Di mana, SBDK mereka ada di kisaran 10% hingga 26%.
Adapun, SBDK tertinggi juga dipatok untuk segmen kredit konsumsi yang bukan KPR mencapai 26,75%. Komponen yang membentuk itu adalah biaya overhead yang mencapai 17,1% hingga marjin keuntungan yang sekitar 3,45%.
Direktur Umum Allo Bank Indra Utoyo bilang terkait suku bunga kredit seperti fasilitas paylater, selalu menggunakan risk based pricing.
Dalam hal ini, calon debitur yang high-risk mendapatkan suku bunga yang tinggi, dan sebaliknya calon debitur dengan credit scoring yang baik mendapatkan suku bunga yang lebih atraktif sesuai risk profilnya.
“Bank-bank digital dapat mengenakan risk premium yang lebih tinggi pada kredit tanpa agunan untuk mengkompensasi bank sebagai kreditur atas kemungkinan gagal bayar,” ujarnya.
Meski demikian, ia berpendapat tingkat suku bunga bukan satu-satunya faktor penentu seseorang dalam mengajukan aplikasi kredit. Menurutnya, ada juga hal lainnya yang menjadi pertimbangan debitur seperti kemudahan proses, limit kredit, pilihan tenor dan fleksibilitas Terms & Conditions.
Baca Juga: Outstanding Paylater Allo Bank Mencapai Rp 7 Triliun Per April 2025
Selain itu, ada pula bank digital yang terpantau menaikkan SBDK mereka. Ambil contoh, PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) yang pada Januari 2025 memiliki SBDK di kisaran 8,13% hingga 8,53% naik menjadi 9,02% hingga 9,45% per April 2025
Kenaikan tersebut juga diikuti dengan marjin keuntungan yang ikut naik. Dari periode Januari 2025 di kisaran 1,22% hingga 1,62% naik menjadi 1,28% hingga 1,71%.
Direktur Utama Krom Bank Anton Hermawan memastikan suku bunga disesuaikan secara proporsional dan sepadan. Dalam hal ini, melihat profil risiko dari segmen nasabah, sebagai bagian dari manajemen risiko.
Di sisi lain, ia mengakui bahwa dari sisi pendapatan bunga, margin Krom Bank turut ditopang oleh penyaluran kredit dengan suku bunga yang proporsional tersebut. Namun, ia memastikan proses penyaluran dilakukan secara selektif dan penuh kehati-hatian.
“Krom Bank akan terus melakukan evaluasi terhadap kinerja keuangan perseroan dengan mempertimbangkan dinamika pasar keuangan nasional maupun global,” ujarnya.
Baca Juga: Absen Bagikan Dividen, Seluruh Laba Bersih Krom Bank Ditetapkan Sebagai Laba Ditahan
Kenaikan SBDK juga tampak terjadi di PT Bank Jago Tbk (ARTO). Namun, itu hanya terjadi di salah satu segmen yaitu kredit korporasi.
SBDK kredit korporasi Bank Jago di Januari 2025 ada di level 7,41%, sementara per April 2025 naik menjadi 7,72%. Namun, marjin keuntungannya tetap di 2%.
Selanjutnya: Catat Rute Ganjil Genap Jakarta Timur, Simak Biar Terhindar Tilang!
Menarik Dibaca: iPhone 13 Pro Max Harga Juni 2025 Turun! Cek Fitur Lengkapnya & Kelebihannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News