kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Dana Masyarakat di Bank Makin Gendut


Senin, 28 Desember 2009 / 06:07 WIB
Dana Masyarakat di Bank Makin Gendut


Sumber: KONTAN | Editor: Syamsul Azhar

JAKARTA. Dana masyarakat terus mengalir masuk ke perbankan. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, total dana pihak ketiga (DPK) di perbankan per akhir November 2009 mencapai Rp 1.913,65 triliun. Angka itu lebih tinggi 1,92% daripada posisi di bulan sebelumnya.

Jika membandingkan dengan awal tahun, DPK per akhir November 2009 itu lebih tinggi Rp 164,83 triliun atau 9,4%. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, DPK itu bertambah sebesar Rp 205,77 triliun atau tumbuh sekitar 12%.

Data LPS tadi menunjukkan, sebagian besar penambahan DPK berasal dari simpanan yang memiliki nilai di atas Rp 2 miliar. Per akhir November 2009, nilai total simpanan yang bersaldo di atas Rp 2 miliar telah mencapai Rp 885,57 triliun.

Perinciannya, total simpanan rekening bersaldo Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar mencapai Rp 177,77 triliun. Sedangkan total nilai rekening dengan nominal Rp 5 miliar mencapai Rp 707,8 triliun.

Para bankir menyebutkan, kenaikan nilai DPK ini sebagai cermin peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. "Nasabah melihat kondisi bank sudah kondusif. Jadi, mereka merasa aman menyimpan uangnya di bank," kata Suhaimin Djohan, Direktur Retail Bank CIMB Niaga, Minggu (27/12).

Hal senada diungkapkan Kostaman Thayib, Direktur Ritel Bank Mega. Dia menilai, masyarakat semakin yakin menyimpan uang di bank. Kendati, ujar Kostaman, berinvestasi di produk bank seperti deposito sudah tak lagi memberi imbal hasil atau return tinggi. "Namun karena faktor keamanan itu, masyarakat tidak lagi terpengaruh masalah return," katanya.

Nilai penjaminan LPS
Pemulihan kepercayaan itu tidak lepas dari kenaikan nilai penjaminan pada akhir tahun lalu. Saat itu, LPS menaikkan nilai penjaminan, dari Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar. Kebijakan ini efektif menaikkan total nilai untuk kelompok simpanan bernilai besar.

Ambil contoh, simpanan dengan nilai Rp 200 juta-Rp 500 juta juga ikut meningkat. Per akhir November 2009, total nilai DPK di kelompok ini mencapai Rp 200,55 triliun.

Sayang, sejauh ini, likuiditas perbankan yang kian menggunung tidak diiringi kelancaran penyaluran kredit perbankan. Sampai awal Desember tahun ini, pertumbuhan kredit tahunan baru 8%. Para bankir mengaku sadar bahwa kondisi seperti ini tak boleh berlarut-larut. "Bila dana masyarakat terus mengendap di bank, lama-lama bank juga bisa rugi jika tidak segera disalurkan ke kredit," kata Kostaman.

Ia mengakui, sejauh ini para bankir masih memilih memarkir dana menganggur di instrumen keuangan pemerintah, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), meski saat ini bunga SBI relatif minim, hanya 6,5%. Kini, duit bank yang tersimpan di SBI mencapai Rp 280 triliun. "Lebih menguntungkan jika disalurkan sebagai kredit," ujarnya.

Kelesuan di sektor riil turut menopang lemahnya pertumbuhan kredit perbankan itu. "Pelaku bisnis banyak yang masih menahan pencairan kredit karena mulai panasnya situasi politik dewasa ini," kata Ketua Perbanas, Sigit Pramono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×