Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara bakal mendapat guyuran dana segar pada akhir April 2025 ini. Di mana, itu berasal dari dividen bank BUMN yang nilainya mencapai Rp 59,11 triliun.
Seperti diketahui, sejak BUMN masuk dalam pengelolaan BPI Danantara, jatah dividen pemerintah pun masuk ke lembaga baru tersebut. Sebelumnya, dividen-dividen bank BUMN ini masuk ke rekening kas pemerintah.
Adapun, bank pelat merah yang memiliki kontribusi dividen paling besar adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Dari bank yang fokus ke sektor UMKM ini, Danantara bakal mendapat dividen hingga Rp 27,68 triliun.
Hal tersebut mengacu pada kepemilikan negara di BRI yang mencapai sekitar 80,61 miliar saham atau setara 53,18% dari total saham beredar. Sebagai informasi, BRI membagikan dividen senilai Rp 343,4 per saham dengan tanggal pembayaran pada 23 April 2025.
Baca Juga: Danantara Kejar Target Dividen US$ 8 Miliar Setahun, Seberapa Realistis?
Selanjutnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga memiliki kontribusi dividen yang cukup besar mencapai Rp 22,62 triliun. Di mana, nilai dividen per sahamnya juga tercatat yang paling besar di antara bank pelat merah lainnya mencapai Rp 466 per saham.
Besaran dividen yang didapat Bank Mandiri setara dengan kepemilikan negara di saham bank berlogo pita emas sebanyak 48,53 miliar saham setara dengan 52% dari total saham beredar. Dividen Bank Mandiri bakal dibagikan pada 23 April 2025
Tak mau kalah, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turut membagikan dividen sebagai jatah Danantara senilai Rp 8,35 triliun. Ini mengacu pada kepemilikan negara sekitar 22,38 miliar saham dengan dividen senilai Rp 374 per saham.
BNI bakal membagikan dividen tersebut pada 25 April 2025. Sementara itu, tanggal cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 14 April 2025 dan untuk pasar tunai dijadwalkan pada 16 April 2025.
Terakhir, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berkontribusi dividen paling kecil untuk negara senilai Rp 451 miliar. Maklum, BTN juga memiliki laba paling kecil di antara bank-bank pelat merah lainnya yang hanya mencapai Rp 3,01 triliun.
Meski demikian, BTN juga telah mengerek rasio dividen yang mereka bagikan hingga 25% dari total laba tersebut. Pada tahun sebelumnya, rasio dividen yang ditentukan oleh BTN hanya mencapai 20%.
Analis Indo Premier Jovent Muliadi dan Anthony dalam riset terbarunya mengungkapkan bahwa dividen bank-bank pelat merah untuk laba tahun buku 2024 memang terbilang jumbo. Ini tercermin dari peningkatan rasio dividen dari masing-masing bank.
Secara rinci, BBRI akan membagikan hingga 86% dari laba bersihnya, diikuti BMRI 78%, BBNI 65%, dan BBTN 25%. Di mana, imbal hasil dividen yang diberikan pun cukup menarik dengan adanya tren koreksi pada saham bank-bank BUMN ini.
“Langkah ini dinilai menjadi sinyal positif bagi investor, di tengah ketidakpastian global akibat narasi perang dagang yang masih membayangi pasar keuangan,” ujar mereka dikutip dalam risetnya, Rabu (9/4).
Selain itu, mereka menilai pembagian dividen yang agresif ini menunjukkan soliditas keuangan bank-bank BUMN. Ditambah, langkah tersebut mengurangi risiko adanya aksi kitchen sinking oleh manajemen baru.
Sebagai informasi, kitchen sinking adalah istilah dalam keuangan yang merujuk pada praktik manajemen baru yang membukukan semua potensi kerugian di awal masa jabatan. Tujuannya agar kinerja di tahun-tahun berikutnya tampak lebih baik.
Di sisi lain, VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menilai realokasi dividen untuk pendanaan pengelolaan Danantara pada project strategis pemerintah cukup memberikan tekanan pada saham bank-bank BUMN. Meskipun, rasio dividennya mengalami kenaikan.
“Optimalisasi dividen berkurang pada core bisnis perbankan BUMN,” ujar Audi.
Oleh karenanya, ia menilai peran Danantara untuk mengoptimalkan kinerja perbankan dengan manajemen risiko yang ketat. Pasalnya, yang dibutuhkan oleh investor adalah mekanisme praktis di lapangan agar tidak membebani neraca perbankan, terutama menjaga NPL dan CAR.
“Kami berpandangan penyaluran ini harus dilakukan dengan manajemen resiko ketat dan diluar demi tujuan kepetingan tertentu,” pungkasnya.
Baca Juga: Volatilitas Tinggi, Saham Big Banks Dinilai Tetap Prospektif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News