Reporter: Feri Kristianto |
JAKARTA. Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (ADLPK) ingin mendorong nasabah mereka agar berinvestasi di luar produk bank. Selama ini, nasabah cenderung memilih investasi di produk pasar uang, sehingga imbal hasil tidak maksimal. Mengingat, suku bunga pasar uang sebanding dengan pergerakan suku bunga Bank Indonesia (BI) alias BI rate yang selama ini cenderung rendah, hanya 5,75%.
ADPLK mencatat, sebagian besar dana nasabah tersimpan di produk pasar uang, mencapai 70% dari total dana investasi sekitar Rp 23,5 triliun per 31 Desember 2012. Penempatan di keranjang investasi lain seperti saham hanya 15%, fixed income 13%, sisanya di produk syariah dan instrumen lain. "Dengan sistem itu, kalau nasabah berusia 25 tahun, uangnya habis tergerus inflasi," kata Nur Hasan Kurniawan, Pengurus ADPLK, Minggu (20/1). Soalnya, angka inflasi tahunan di Indonesia lebih besar dari BI rate, yakni sekitar 6%.
Tahun ini, asosiasi menargetkan menyisakan tinggal 50% di keranjang pasar uang. Dengan begitu nasabah tidak kehilangan kesempatan hasil investasi lebih baik. "Edukasi ini yang sekarang sedang kami usahakan lewat anggota-anggota," ujarnya.
Beberapa anggota ADPLK kini rajin mengirimkan buletin mengenai hasil investasi DPLK. Juga disertai perbandingan hasil investasi per keranjang investasi, beserta perkiraan return ke depan.
Selain itu edukasi melalui training kepada anggota DPLK juga dilakukan. Harapannya dengan cara itu, nasabah lambat laun mengubah portofolio mereka.
Ricky Samsico, Ketua Bidang Humas, Litbang dan Keanggotaan ADPLK mengakui, sebagian besar nasabah masih konservatif. Pengurus DPLK sulit mengubah komposisi portofolio, karena pilihan investasi di tangan nasabah. Berbeda dengan dana pensiun pemberi kerja (DPPK), perusahaan bisa memutuskan portofolio investasi.
Namun, Ricky optimistis, tahun ini ada pergeseran investasi. Malum, jenis investasi seperti saham dan obligasi pada tahun 2012 lalu memberikan hasil positif. "Kami terus mengedukasi nasabah supaya mereka tidak dominan di satu keranjang dengan tetap mengutamakan keamanan," tegasnya.
Karjadi Pranoto, Wakil Presiden Direktur dan Head Employee Benefits Distribution Manulife Indonesia, mengakui sebagian besar nasabahnya masih konservatif dalam berinvestasi. Lihat saja, portofolio nasabah employee benefit Manulife Indonesia, 60% di pasar uang, 30% fixed income, dan 10% saham. "Awal-awalnya deposito bahkan sampai 100%, ke depan kami menyarankan ke obligasi, baru ke saham," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News