Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemanfaatan teknologi digital di sektor keuangan kian meluas, dan kini jejak transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) mulai dilirik sebagai sumber data alternatif dalam penilaian kelayakan kredit.
Bank-bank, khususnya yang fokus pada segmen ritel dan UMKM, mulai memanfaatkan data transaksi digital untuk memperluas akses pembiayaan bagi masyarakat yang belum terjangkau layanan perbankan tradisional.
Bank Indonesia (BI) mencatat, sepanjang semester I-2025 volume transaksi QRIS telah mencapai 6,05 miliar, melonjak 156% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Nilai transaksinya pun menembus Rp 579 triliun, tumbuh 132,4% secara tahunan. Hingga Juni 2025, jumlah merchant QRIS tercatat 40,5 juta, dengan 57,6 juta pengguna. Angka ini terus naik dan mencapai *60 juta pengguna per September 2025.
Baca Juga: Penggunanya Terus Tumbuh, Intip Perkembangan Transaksi QRIS Tap di Sejumlah Bank
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, penggunaan QRIS menciptakan jejak digital yang sangat berharga, terutama bagi pelaku UMKM*. Dari data transaksi itu, bank dapat melihat pola pemasukan, pengeluaran, hingga arus pelanggan.
“Data-data ini bisa menjadi alternatif credit scoring yang membantu memperluas akses kredit,” ujarnya.
Salah satu bank yang sudah memanfaatkan data transaksi QRIS dalam penilaian kredit adalah Bank Raya Indonesia, anak usaha BRI yang fokus pada segmen digital dan UMKM.
Direktur Keuangan Bank Raya Rustati Suri Pertiwi (Tiwi) menjelaskan, pihaknya menggunakan sistem penilaian berbasis riwayat transaksi QRIS dan mesin EDC BRI untuk produk dana talangan merchant.
“Kami mengembangkan credit scoring yang menganalisis aplikasi, perilaku, dan kemampuan bayar nasabah,” kata Tiwi.
Baca Juga: Transaksi QRIS Lintas Negara Mandiri Tumbuh 168% per Agustus, Terbanyak di Malaysia
Per September 2025, jumlah merchant QRIS Bank Raya sudah lebih dari 10.000, meningkat 87 secara tahunan. Volume transaksinya mencapai 1,4 juta atau tumbuh 22%, dengan nilai transaksi Rp 75 miliar, naik 168% dari tahun sebelumnya.
Bank digital lain, Allo Bank, juga mengandalkan data QRIS dalam analisis kelayakan kredit. Direktur Risiko, Kepatuhan, dan Hukum Allo Bank Ganda Raharja Rusli menuturkan, pihaknya telah menerapkan analisis berbasis transaksi QRIS sejak dua tahun lalu.
“Melalui data transaksi, kami bisa melihat korelasi antara perilaku pengguna dan risiko kredit,” ujarnya. Aplikasi Allo sendiri kini memiliki 13 juta pengguna, dengan pertumbuhan transaksi 3%-4% per bulan.
Meski potensinya besar, pemanfaatan QRIS sebagai dasar credit scoring masih menghadapi tantangan. Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Santoso menilai, data QRIS memang bisa menjadi alat bantu dalam menilai kelayakan kredit, namun belum bisa digunakan secara tunggal.
Baca Juga: Volume Transaksi QRIS BCA Melesat 125% pada Semester I-2025
“Penetrasinya belum merata. Masih ada kelompok masyarakat seperti lansia dan anak-anak yang belum menggunakan QRIS,” katanya.
Dengan pertumbuhan transaksi yang pesat dan perluasan penggunaan di berbagai sektor, QRIS kini tidak hanya menjadi alat pembayaran digital, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi pembiayaan inklusif di sektor perbankan.
Selanjutnya: Cara Mencerahkan Wajah dengan 9 Tanaman Herbal Ini, Emangnya Bisa? Cek Infonya
Menarik Dibaca: Cara Mencerahkan Wajah dengan 9 Tanaman Herbal Ini, Emangnya Bisa? Cek Infonya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












