Reporter: Arthur Gideon | Editor: Umar Idris
SINGAPURA. PT Bank DBS Indonesia sebenarnya mempunyai keinginan untuk mengakuisisi bank lokal berskala kecil. Tetapi niat tersebut belum terlaksana. Pasalnya, ada beberapa kendala yang mengganjal.
Presiden Direktur DBS Indonesia Hendra Gunawan mengatakan, beberapa ganjalan yang menghambat rencana akuisisi itu antara lain adalah tingginya harga yang ditawarkan oleh bank-bank lokal.
"Price to book ratio atau harga buku yang ditawarkan terlalu tinggi, bisa sampai lima kali lipat," ungkapnya (7/12). Hendra menjelaskan, yang dimaksud dengan harga buku yang terlalu tinggi, misalnya harga pasar sebuah meja senilai Rp 1000, tapi untuk meja yang sama, bank kecil itu menghargai sebesar Rp 5.000.
Padahal bagi DBS Group, aksi korporasi dengan membeli bank kecil adalah hal yang biasa. Yang paling baru adalah pembelian bank lokal Taiwan yang bernama bernama Bowa Bank pada 2008 kemarin.
Nah, oleh sebab itu saat ini mereka lebih memilih untuk ekspansi cabang dibandingkan dengan membeli bank kecil. Menurut Hendra, ongkos yang dikeluarkan untuk memperbanyak cabang itu lebih kecil jika dibandingkan dengan membeli bank kelas gurem.
Rencananya, dalam tiga tahun ke depan, DBS Indonesia ingin memperbanyak cabang miliknya menjadi dua kali lipat yang ada saat ini. "Posisi sekarang kami memiliki 40 cabang yang tersebar di 11 kota besar," ungkapnya.
Sedangkan tanggapan mengenai penolakan beberapa bankir terhadap ekspansi bank asing, Bernard Tan, Managing Director DBS Group sekaligus komisaris DBS Indonesia mengatakan, sebenarnya ekspansi bank asing di Indonesia ini malah akan membuat Industri Indonesia menjadi berkembang. Pasalnya, mereka sudah pasti akan mengucurkan kredit yang cukup besar. "Dan sudah pasti itu akan menimbulkan persaingan yang positif," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News