kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Deposito Bank BCA tumbuh 18,1% di semester I, apa dampaknya terhadap kinerja?


Rabu, 24 Juli 2019 / 19:12 WIB
Deposito Bank BCA tumbuh 18,1% di semester I, apa dampaknya terhadap kinerja?


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sampai dengan semester I 2019 mengumumkan telah berhasil menjaring dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 673,87 triliun. Deposito BCA melesat selama periode ini sehingga mengerek DPK perseroan.

Dengan begitu, DPK BCA mengalami peningkatan sebanyak 8,6% secara year on year (yoy) dari periode tahun sebelumnya Rp 620,42 triliun. Deposito BCA melesat tumbuh sebesar 18,1% secara tahunan menjadi Rp 163,46 triliun. 

Baca Juga: Naik 12,6%, laba Bank BCA (BBCA) tembus Rp 12,9 triliun di semester I 2019

Peningkatan tersebut praktis lebih tinggi dibandingkan realisasi dana murah (current account and saving account/CASA) yang hanya naik 5,9% secara yoy menjadi Rp 510,41 triliun.

Meski begitu, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pada dasarnya untuk DPK pihaknya lebih mengandalkan CASA sebagai sumber pendanaan. Wajar saja, jika dibandingkan dengan total DPK, porsi dana murah BCA sudah mencapai 76%.

Meningkatnya deposito BCA yang cukup deras di paruh pertama tentunya berdampak pada biaya dana (cost of fund/CoF) yang meningkat. Dalam presentasi perusahaan, CoF meningkat dari 1,73% per Juni 2018 menjadi 2,02% di periode akhir Juni 2019.

Baca Juga: Biaya dana naik, laba bersih Bank Danamon (BDMN) anjlok 10% di semester I

Jahja menjelaskan, pertumbuhan deposito perseroan memang lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri yang cuma hanya tumbuh 8,8% per Mei 2019.

"Secara year to date (ytd) pun deposito kami tumbuh 8,3% sementara industri cuma 3,2% saja," tuturnya di Jakarta, Rabu (24/7).

Bank swasta terbesar ini menjelaskan, peningkatan deposito tersebut merupakan pertumbuhan organik. Sebab, BCA memang tidak pernah memberikan suku bunga special rate untuk deposito.

"Dibandingkan bank lain, kami relatif kecil sekitar 5%. Special rate bank lain bisa 6%-7%, kita malah tidak ada," terangnya.

Baca Juga: Laba BJB Syariah turun 6,5% di semester I-2019

Strategi BCA dalam menjaga likuiditas terbukti berhasil, tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) BCA yang cukup longgar di 79% di bulan Juni 2019. Sangat rendah kalau dibandingkan LDR industri yang ada di level 96,2% per Mei 2019 lalu.

Namun, sejalan dengan naiknya deposito perseroan, tingkat beban bunga yang harus dikeluarkan pun jadi cukup tinggi. Merujuk laporan keuangan BCA total beban bunga perseroan naik 26,62% yoy menjadi Rp 6,75 triliun secara konsolidasi.

Persentase tersebut praktis lebih besar dibandingkan pertumbuhan pendapatan bunga yang naik 15,73% pada periode semester I 2019 menjadi Rp 31,38 triliun.

Baca Juga: AAJI sudah prediksi premi asuransi jiwa turun di paruh pertama 2019, kenapa?

Secara terpisah, Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menuturkan peningkatan tersebut merupakan dampak berkelanjutan dari kenaikan bunga deposito di tahun lalu hingga awal tahun 2019.

"Kalau kita ingat, tahun lalu itu deposito naik sekitar 150 basis poin (bps)," katanya. Menurut Vera, per Juli 2019 awal BCA sudah mulai menurunkan suku bunga deposito secara rata-rata sebanyak 25 bps.

Diproyeksikan, ke depan tren suku bunga deposito akan mulai melandai dan likuiditas perbankan dapat kembali normal setelah sempat mengetat di paruh pertama.

Baca Juga: Meski banyak tantangan, OJK sebut kinerja perbankan di semester I masih positif

Pun, kendati beban bunga meningkat tinggi. Rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BCA justru masih naik 20 bps secara yoy menjadi 6,2%. Pertumbuhan ini melampaui NIM rata-rata industri perbankan di bulan Mei sebesar 4,9% yang turun 20 bps.

Maklum, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) BCA terpantau masih naik 13,1% dari Rp 21,78 triliun di semester I 2018 menjadi Rp 24,63 triliun di semester I 2019 lalu.

Baca Juga: Bank Panin (PNBN) membantah salurkan kredit ke Duniatex Group

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×