Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Strategi BCA dalam menjaga likuiditas terbukti berhasil, tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) BCA yang cukup longgar di 79% di bulan Juni 2019. Sangat rendah kalau dibandingkan LDR industri yang ada di level 96,2% per Mei 2019 lalu.
Namun, sejalan dengan naiknya deposito perseroan, tingkat beban bunga yang harus dikeluarkan pun jadi cukup tinggi. Merujuk laporan keuangan BCA total beban bunga perseroan naik 26,62% yoy menjadi Rp 6,75 triliun secara konsolidasi.
Persentase tersebut praktis lebih besar dibandingkan pertumbuhan pendapatan bunga yang naik 15,73% pada periode semester I 2019 menjadi Rp 31,38 triliun.
Baca Juga: AAJI sudah prediksi premi asuransi jiwa turun di paruh pertama 2019, kenapa?
Secara terpisah, Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menuturkan peningkatan tersebut merupakan dampak berkelanjutan dari kenaikan bunga deposito di tahun lalu hingga awal tahun 2019.
"Kalau kita ingat, tahun lalu itu deposito naik sekitar 150 basis poin (bps)," katanya. Menurut Vera, per Juli 2019 awal BCA sudah mulai menurunkan suku bunga deposito secara rata-rata sebanyak 25 bps.
Diproyeksikan, ke depan tren suku bunga deposito akan mulai melandai dan likuiditas perbankan dapat kembali normal setelah sempat mengetat di paruh pertama.
Baca Juga: Meski banyak tantangan, OJK sebut kinerja perbankan di semester I masih positif
Pun, kendati beban bunga meningkat tinggi. Rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BCA justru masih naik 20 bps secara yoy menjadi 6,2%. Pertumbuhan ini melampaui NIM rata-rata industri perbankan di bulan Mei sebesar 4,9% yang turun 20 bps.
Maklum, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) BCA terpantau masih naik 13,1% dari Rp 21,78 triliun di semester I 2018 menjadi Rp 24,63 triliun di semester I 2019 lalu.
Baca Juga: Bank Panin (PNBN) membantah salurkan kredit ke Duniatex Group
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News