Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. AXA Group fokus membidik kawasan Asia sebagai target market utama mereka. Soalnya, potensi kawasan ini dinilai masih sangat tinggi.
Kelas menengah di Asia diperkirakan akan mencapai tiga miliar jiwa pada 2030 mendatang. Kalangan ini diyakini akan memiliki pengeluaran US$ 56 triliun pada saat itu. Angka sebesar ini dinilai masih bisa dimanfaatkan mengingat penetrasi asuransi yang masih rendah saat ini. "Penetrasi produk asuransi di Asia rata-rata baru 2% dari produk domestik bruto (PDB)," Regional Chief Executive Officer AXA Asia Jean Louis Laurent Josi dalam keterangan tertulisnya.
Meski potensinya masih terbilang besar, ia mengakui masih ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan terkait penetrasi yang masih rendah ini. Pasalnya, masyarakat di kawasan ini masih memiliki minat yang besar untuk berbelanja kebutuhan tersier seperti kendaraan.
Di 2030 penjualan mobil di Asia diperkirakan bakal mencapai 69 juta unit. Jumlah ini naik drastis dari kisaran 32 juta unit pada tahun 2014.
Namun ia optimistis, seiring naiknya tingkat pendidikan dan ekonomi, kelas menengah Asia akan lebih terbuka terhadap penetrasi produk asuransi. AXA Group berani menargetkan pertumbuhan konsumen yang masif karena yakin dengan naiknya kebutuhan serta penyesuaian layanan yang terus dilakukan.
Chairmain and CEO of AXA Group Henri de Castries menambahkan, untuk memaksimalkan pasa Asia, mereka bakal fokus di tiga negara dengan populasi terbanyak di kawasan Asia yakni Tiongkok, India, dan Indonesia. “Asia adalah fokus strategis bagi AXA Group. Target kami bisa meraih 100 juta nasabah dari 14 juta orang saat ini," katanya.
Makanya, kata Castries, AXA membangun Lab Asia di Shanghai, laboratorium inovasi data di Singapura, dan kantor pengembangan investasi strategis di Hong Kong. Ia percaya, upaya itu seiring upaya meningkatkan pemahaman terhadap kebutuhan klien dengan transformasi digital demi memberi perlindungan tertinggi bagi masyarakat.
Selain itu, tambahan energi juga muncul dari para mitra investasi mereka yakni perusahaan setempat yang telah berakar kuat dan memiliki rekam jejak baik. Di Tiongkok mereka bermitra dengan Bank ICBC. Lalu di Indonesia kami bermitra dengan Bank Mandiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News