Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
Hal senada dikatakan Regional Sales Manager Cigna Surabaya Lily Arishanti. Dia mengakui, saat masa pandemi, demand masyarakat terhadap produk asuransi meningkat. Hal itu juga yang membuat kinerja Cigna di Surabaya pada 2021 lalu meningkat 20-25 persen jika dibandingkan kinerja 2020.
“Saat awal masa pandemi, memang kita menghadapi banyak keterbatasan, terutama sulitnya bertemu dengan calon nasabah. Tetapi, dengan strategi lebih banyak melakukan pendekatan secara virtual,” tutur Lily.
Ia memaparkan, aktivitas flying agent ke berbagai daerah dihentikan sementara, dan digantikan dengan pemasaran via daring. Diharapkan, setelah kondisi mulai normal.
“Pandemi ini membuat masyarakat sadar perlunya kesehatan bagi dirinya dan keluarga. Ternyata kesehatan itu sangat penting, soalnya jika sakit, biaya perawatannya mahal. Itu juga terlihat dari 65 persen dari total nasabah di Surabaya, memilih produk proteksi kesehatan. Sebanyak 25 persen memilih produk dengan fitur pengembalian premi, dan sisanya produk proteksi lainnya,” tutur Lily.
Cigna juga menggelar aktivitas pelatihan perencanaan keuangan dengan mengundang sejumlah narasumber ahli perencanaan keuangan.
Lily meyakini, dengan kondisi PPKM yang semakin longgar, ekonomi akan mulai bergerak, dan daya beli masyarakat meningkat, kinerja Cigna di Surabaya juga akan meningkat. Soalnya, agen Cigna di Surabaya yang jumlahnya sekitar 75 orang, akan bisa melayani lebih leluasa.
Baca Juga: AAJI Masih Menanti Aturan Baru Unitlink dari OJK
Sementara itu, pengamat asuransi Irvan Rahardjo mengatakan, potensi pasar asuransi di Indonesia masih terbuka luas. Kondisi pandemi sudah mulai melonggar dan adanya fakta bahwa pandemi Covid-19 memunculkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berasuransi untuk memproteksi kesehatan keluarga.
“Ini terbukti dengan meningkatnya angka pertumbuhan asuransi jiwa,” ujar Irvan.
Data Otoritas Jasa keuangan (OJK) menyebutkan, asuransi jiwa Indonesia tumbuh walaupun saat pandemi. Sepanjang 2021, premi yang dihimpun industri asuransi jiwa di Indonesia mencapai Rp184,32 triliun. Angka itu tumbuh 7,21% dibandingkan realisasi pada tahun 2020 yang tercatat sebesar Rp171,93 triliun.
Ia menambahkan, faktor pendorong utama meningkatnya kinerja asuransi juga akan dipengaruhi performa industri asuransi dalam menepati pembayaran klaim sesuai yang dijanjikan dengan baik dan tepat waktu.
Terkait kisruh unit link, Irvan mengusulkan agar dilakukan moratorium terhadap penjualan produk asuransi unit link.
“Atau setidaknya dibatasi hanya dijual kepada kelompok masyarakat golongan menengah atas dan yang melek investasi. Jadi, tidak menyasar setiap orang tanpa melakukan customer profile assessment,” papar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News