kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di Tengah Pandemi, Cigna Indonesia Bayar Klaim Hingga Rp 589 Miliar pada Tahun Lalu


Kamis, 10 Maret 2022 / 13:17 WIB
Di Tengah Pandemi, Cigna Indonesia Bayar Klaim Hingga Rp 589 Miliar pada Tahun Lalu
ILUSTRASI. Layanan Nasabah Asuransi Cigna


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun menghempas banyak industri. Namun, industri asuransi bisa bertahan, seiring meningkatnya pemahaman masyarakat atas pentingnya proteksi terhadap kesehatan mereka.

Hal itu juga dialami PT Asuransi Cigna Indonesia (Cigna Indonesia). Saat pandemi, kinerja Cigna Indonesia makin positif. Itu terlihat dari pencapaian sepanjang 2021 seiring terus meningkatnya kepercayaan nasabah. Sepanjang tahun 2021 itu, Cigna Indonesia membayar klaim nasabah sebesar Rp 589 miliar. Angka itu naik dari tahun 2020 yang sebesar Rp 423 miliar.

“Tingkat kepuasan nasabah terhadap Cigna Indonesia naik 160% dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar President Director & CEO Cigna Indonesia Phil Reynolds dalam keterangannya, Kamis (10/3).

Phil Reynolds menambahkan, pihaknya terus menjaga kepercayaan konsumen, seperti membayar klaim dengan cepat dan memberikan pelayanan terbaik. Hal itulah yang membuat kinerja Cigna Indonesia terus positif.

Baca Juga: Simak Pilihan Asuransi Kendaraan dengan Rekanan Bengkel Terbanyak di Indonesia

Ia mencatat, Rasio Kecukupan Modal atau RBC Cigna juga semakin menguat. Pada kuartal keempat 2021, RBC Cigna Indonesia mencapai 267 persen, jauh di atas batas ketentuan dari pemerintah sebesar 120 persen. RBC pada kuartal keempat itu naik 22% dari kuartal sebelumnya.

Phil Reynolds memaparkan, produk perlindungan Cigna Medical Pro, yang mempunyai manfaat sesuai tagihan rumah sakit, ternyata menjadi pilihan utama bagi nasabah. Terbukti, hingga akhir Desember 2021 tercatat lebih dari 200 polis terjual dan aktif.

Menurut Phil Reynolds, fenomena itu menunjukkan masyarakat semakin melek asuransi. Terutama setelah terjadinya pandemi. Mereka membutuhkan proteksi dengan jaminan pasti dari perusahaan asuransi. 

Terkait prospek tahun 2022, Phil Reynolds optimistis Cigna Indonesia akan tumbuh lebih baik dari tahun lalu. Apalagi, kondisi pandemi sudah mulai menurun. Menurut dia, dua tahun belakangan ini merupakan masa berat. Ia ibaratkan musim dingin. Kini sudah masuk musim semi, ketika semua orang mulai berusaha bangkit. 

Hal senada dikatakan Head of Agency Sales Cigna Indonesia Shiddiq Alfarisi. Menurut Shiddiq, pandemi malah menjadi momentum. Saat daya beli turun, tetapi kebutuhan akan asuransi meningkat. “Demand untuk produk asuransi meningkat. Makanya Cigna bisa survive,” ujarnya.

Baca Juga: Batavia Prosperindo Finance Akan Diakuisisi Perusahaan Korsel Senilai Rp 1Triliun

Shiddiq menjelaskan, Cigna Indonesia bisa survive karena memiliki tools berupa eApps dengan fitur need base analysis. Artinya, Cigna Indonesia memiliki alat yang bisa menganalisa seberapa besar kemampuan calon nasabah, sehingga nasabah dapat membeli produk proteksi yang sesuai dengan kemampuan.

Diakui, jika dilihat secara keseluruhan bisnis, kanal bisnis keagenan memang anjlok. Hal itu karena adanya pembatasan tatap muka saat pandemi. Namun, Cigna Indonesia tetap melakukan penetrasi pasar dengan memanfaatkan teknologi digital via aplikasi Webex. Aplikasi ini memungkinkan agen bertemu dalam video secara online dan langsung dengan calon nasabah. “Ini yang membuat Cigna tetap bisa approach dan melakukan penjualan saat masa PPKM,” kata Shiddiq. 

Hal senada dikatakan Regional Sales Manager Cigna Surabaya Lily Arishanti. Dia mengakui, saat masa pandemi, demand masyarakat terhadap produk asuransi meningkat. Hal itu juga yang membuat kinerja Cigna di Surabaya pada 2021 lalu meningkat 20-25 persen jika dibandingkan kinerja 2020.

“Saat awal masa pandemi, memang kita menghadapi banyak keterbatasan, terutama sulitnya bertemu dengan calon nasabah. Tetapi, dengan strategi lebih banyak melakukan pendekatan secara virtual,” tutur Lily.

Ia memaparkan, aktivitas flying agent ke berbagai daerah dihentikan sementara, dan digantikan dengan pemasaran via daring. Diharapkan, setelah kondisi mulai normal.

“Pandemi ini membuat masyarakat sadar perlunya kesehatan bagi dirinya dan keluarga. Ternyata kesehatan itu sangat penting, soalnya jika sakit, biaya perawatannya mahal. Itu juga terlihat dari 65 persen dari total nasabah di Surabaya, memilih produk proteksi kesehatan. Sebanyak 25 persen memilih produk dengan fitur pengembalian premi, dan sisanya produk proteksi lainnya,” tutur Lily.

Cigna juga menggelar aktivitas pelatihan perencanaan keuangan dengan mengundang sejumlah narasumber ahli perencanaan keuangan. 

Lily meyakini, dengan kondisi PPKM yang semakin longgar, ekonomi akan mulai bergerak, dan daya beli masyarakat meningkat, kinerja Cigna di Surabaya juga akan meningkat. Soalnya, agen Cigna di Surabaya yang jumlahnya sekitar 75 orang, akan bisa melayani lebih leluasa.

Baca Juga: AAJI Masih Menanti Aturan Baru Unitlink dari OJK

Sementara itu, pengamat asuransi Irvan Rahardjo mengatakan, potensi pasar asuransi di Indonesia masih terbuka luas. Kondisi pandemi sudah mulai melonggar dan adanya fakta bahwa pandemi  Covid-19 memunculkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berasuransi untuk memproteksi kesehatan keluarga.  

“Ini terbukti dengan meningkatnya angka pertumbuhan asuransi jiwa,” ujar Irvan.

Data Otoritas Jasa keuangan (OJK) menyebutkan, asuransi jiwa Indonesia tumbuh walaupun saat pandemi. Sepanjang 2021, premi yang dihimpun industri asuransi jiwa di Indonesia mencapai Rp184,32 triliun. Angka itu tumbuh 7,21% dibandingkan realisasi pada tahun 2020 yang tercatat sebesar Rp171,93 triliun.

Ia menambahkan, faktor pendorong utama meningkatnya kinerja asuransi juga akan dipengaruhi performa industri asuransi dalam menepati pembayaran klaim sesuai yang dijanjikan dengan baik dan tepat waktu.

Terkait kisruh unit link, Irvan mengusulkan agar dilakukan moratorium terhadap penjualan produk asuransi unit link.

“Atau setidaknya dibatasi hanya dijual kepada kelompok masyarakat golongan menengah atas dan yang melek investasi. Jadi, tidak menyasar setiap orang tanpa melakukan customer profile assessment,” papar dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×