Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan modal ventura masih memacu bisnis kendati pandemi telah menekan perekonomian. Sebab, terdapat vertikal start up yang juga ikut terdampak, para pelaku modal ventura pun merubah strategi bisnis.
Indogen Capital aktif memilih mencari start up yang bisa tetap bertumbuh dan tahan saat pandemi Covid-19. Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto menyatakan lewat strategi ini, perusahaan bisa memaksimalkan investasi, menjaga pertumbuhannya, dan memaksimalkan return on investment.
”Kami mengincar sektor-sektor pandemic-proof. Saat ini kita fokus di industri yang jelas performanya meningkat seperti EduTech, HealthTech, Logistic, dan eSport. Kami melihat tren yang meningkat di sisi logistik, baik di level B2B seperti pergudangan dan sewa truk ataupun di C2C seperti instant online delivery,” ujar Chandra kepada Kontan.co.id pada Jumat (9/10).
Baca Juga: Hingga September, Cashlez catatkan pertumbuhan transaksi hingga 50%
Ia menjelaskan vertikal eSport menarik lantaran semakin banyak orang yang bermain game saat pandemi. Para pengembang game semakin engage terhadap tim - tim eSport. Indogen fokus pada pendanaan Pre-Seri A dan Seri A. Lantaran start up yang berada pada fase ini memiliki tingkat kesuksesan yang lebih tinggi. Sedangkan pada Seri A sendiri, kebanyakan dari startup sudah memiliki pendapatan yang cukup signifikan didorong dengan transaksi yang baik,
“Sehingga secara business model sudah lebih matang dan memiliki kesempatan berkembang yang baik. Keahlian utama kami adalah membantu well-performing startups tersebut untuk melakukan ekspansi ke Indonesia karena kami memiliki network bisnis yang kuat hingga di kota tier 2 dan 3 di seluruh Indonesia,” tambah Chandra.
Indogen Capital sudah berinvestasi di 19 startup hingga saat ini seperti GoWork, FunfPark, Wahyoo, travelia, dan Ekrut. Selain itu, Chandra bilang ada 3 start up yang sudah dibeli oleh exits atau dibeli perusahaan lain maupun IPO yakni Aino, Spacemob, dan Clearbridge.
“Target pendaan masih ada dan berjalan seperti biasa, kami masih secara aktif masih mencari dan bertemu dengan startup-startup. Selama pandemi, kebanyakan meeting terjadi online, sehingga kami memiliki kesempatan untuk bertemu dengan lebih banyak startup,” tutur Chandra.
Baca Juga: Kredit investasi masih mencatatkan pertumbuhan positif
Chief Executive Officer PT Mandiri Capital Indonesia Capital Eddi Danusaputro menyatakan baru saja terlibat pada berinvestasi seri A kepada sebuah start up. Investasi itu dilakukan bersama dengan modal ventura dan investor lainnya.
“Kami sudah invest ke startups (fintech) baru, tapi belum diumumkan. Tunggu saja. Sedang penjajakan ke satu lagi untuk pendanaan pra-series A,” ujar Eddi kepada Kontan.co.id.
Asal tahu saja, pendanaan seri A berkisar US$ 3 juta hingga US$ 10 juta. Sayangnya, Eddi tidak mau membocorkan nama dan sektor yang digarap oleh fintech tersebut. Namun sebelumnya, anak perusahaan PT Bank Mandiri Tbk (Persero) ini tertarik pada fintech yang menjalankan bisnis insurtech dan remittance.
“Saat Covid-19 ini, Mandiri Capital masih merasa startups yang bagus dan inovatif mestinya bisa melewati pandemi. Justru saat pandemi ini, kita tahu mana yang bagus dan sustainable,” tambah Eddi.
Selain fintech, Mandiri Capital masih juga melirik start up yang memberikan solusi kepada para pelaku UKM. Lantaran memiliki peluang yang besar dan UKM berkontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. "Pada 2020 kami ada budget Rp 50 miliar untuk dua hingga tiga investasi baru. Juga menyiapkan dana Rp 50 miliar untuk pendanaan lanjutan," ujar Eddi.
Baca Juga: Aksi merger dan akuisisi sektor keuangan masih berlanjut di tengah pandemi
Sedangkan Jungle Ventures baru saja mengumumkan berkomitmen untuk berinvestasi dalam jangka panjang di Indonesia. Salah satu Founding Partners Jungle Ventures, Amit Anand menekankan pentingnya bekerja sama dengan Founders asal Indonesia dengan ambisi regional dan global yang melebihi pasar domestiknya.
“Pentingnya founders memanfaatkan ekonomi digital untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Kami ingin berinvestasi kepada para founder yang memiliki visi yang sama dalam ekonomi digital untuk mengatasi keterbatasan model bisnis dan pasar yang ada,” ungkap Amit.
Ia menyebut strategi Jungle Venture dengan pendekatan model investasi portofolio yang terkonsolidasi. Perusahaan fokus terhadap pemilihan beberapa bisnis yang sudah berjalan secara efisien setiap tahunnya.
Juga membantu pengembangan kepemimpinan secara langsung, memberikan modal jangka panjang. Sekaligus membantu penataan neraca keuangan, berinvestasi bersama, dan kemitraan strategis.
Amit bilang dengan filosofi ini memungkinkan Jungle Ventures untuk membangun perusahaan portofolio pilihan yang meliputi perusahaan unggulan di setiap kategori. Ia mencontohkan Kredivo untuk layanan keuangan, Pomelo untuk fast fashion, LivSpace untuk desain rumah dan tempat tinggal, Reddoorz untuk budget travel, dan perusahaan lainnya di Asia Tenggara.
Baca Juga: Di tengah wabah virus corona, ini masker pilihan sejumlah bos mutlfinance
Sejak didirikan pada tahun 2012, Jungle Ventures telah mengalami pertumbuhan pesat dengan lebih dari 35 total perusahaan portfolio dan dana kelolaan senilai lebih dari US$ 352 juta. Selama kurun waktu 5 tahun, Jungle Ventures berperan penting dalam pertumbuhan sejumlah perusahaan rintisan di Indonesia termasuk Kredivo, RedDoorz, Sociolla, Waresix, dan lainnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan investasi dan pembiayaan modal ventura mencapai Rp 12,87 triliun hingga Agustus 2020. Nilai itu tumbuh 18,75% year on year (yoy) dibandingkan Agustus 2019 senilai Rp 10,83 triliun.
Selanjutnya: Bank Mandiri dorong bisnis digital transaction banking
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News