Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan asuransi umum yang bermain di lini bisnis asuransi kredit mengaku berhati-hati memilih portofolio.
Direktur Utama PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) Andrianto Wahyu Adi mengaku bisnis kredit dan yang berkaitan dengan kredit seperti surety, garancy, letter of credit (LC) memberikan kontribusi 80% terhadap portofolio pendapatan premi Askrindo.
Baca Juga: Sinar Mas Jadi Penguasa Bisnis Asuransi Umum, Askrindo dan Astra Kalah Jauh
Hingga paruh pertama 2019, Askrindo telah membukukan pendapatan premi bruto senilai Rp 2,91 triliun. Nilai ini tumbuh 84,18% year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu Rp 1,58 triliun. Ia optimis hingga akhir tahun pendapatan premi bisa tumbuh hingga 108% yoy ditopang oleh asuransi kredit.
“Kami memilih dan seleksi pertanggungan yang baik, kemudian menerapkan kriteria sesuai dengan aturan main kita. Sehingga klaim rasio kita tetap terjaga, hingga Juni 2019, klaim rasio sekitar 30%. Penyumbangnya biasanya dari asuransi kredit konsumtif,” ujar Andrianto beberapa waktu lalu.
Lanjut Ia kredit konstruksi dan lainnya relatif stabil. Juga menyebut klaim kredit usaha rakyat (KUR) juga lebih sedikit. Lantaran perbankan juga sudah menerapkan seleksi pemberian KUR yang jauh lebih baik. Apalagi kredit KUR memberikan kontribusi hingga 35% terhadap total premi Askrindo.
Baca Juga: Askrindo kejar target pertumbuhan premi 106% sepanjang 2019
Askrindo mampu menahan pertumbuhan klaim saat pertumbuhan premi melesat. Hingga Juni 2019, klaim mencapai Rp 799,36 miliar tumbuh 21,99% dari posisi yang sama tahun lalu Rp 655,29 miliar. Lebih rendahnya pertumbuhan klaim membuat kinerja underwriting positif. Hasil underwriting mencapai Rp 669,3 miliar pada paruh pertama 2019. Nilai ini tumbuh 79,98% yoy Rp 371,87 miliar dari Juni 2018.
Guna mencapai pertumbuhan premi dan mengendalikan pertumbuhan klaim, Askrindo yakin bottom line persero bisa tumbuh lebuh maksimal. Andrianto yakin langkah yang paling tepat dalam mencapai hal ini lewat digitalisasi bisnis. Oleh sebab itu, persero sudah menyiapkan roadmap digitalisasi bertajuk Digital Champions pada 2021.
Baca Juga: Tiga BUMN gelar lepas sambut Siswa Mengenal Nusantara (SMN)
“Kami menggunakan teknologi open source dan cloud yang kebanyakan gratis atau murah. Dalam tiga tahun ke depan hingga 2021, perkiraan kami kebutuhan investasi hanya sekitar Rp 300 miliar. Pada 2019 ini sekitar Rp 50 miliar, 2020 sebanyak Rp 150 miliar untuk perkuat infrastruktur. Pada tahun ke tiga turun jadi Rp 100 miliar,” pungkas Andrianto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News