kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Donasi digital naik, GoPay luncurkan GoPay Digital Donation Outlook


Senin, 07 Desember 2020 / 16:13 WIB
Donasi digital naik, GoPay luncurkan GoPay Digital Donation Outlook


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. GoPay meluncurkan GoPay Digital Donation Outlook (DDO) 2020, yang riset terlengkap pertama mengenai situasi donasi digital di Indonesia dengan menggandeng Kopernik, organisasi peneliti dan pengembangan masyarakat.

Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata mengatakan, riset ini bisa mendalami berbagai aspek donasi digital serta memuat sudut pandang semua pemangku kepentingan mulai dari donatur, Kementerian Sosial, hingga influencer media sosial.  "Kami berharap riset ini dapat menjadi acuan berbagai pihak agar terus mempermudah masyarakat Indonesia membantu sesama," kata Budi dalam keterangan resmi, Senin (7/12). 

Apalagi, donasi secara digital berdampak positif transaksi donasi GoPay yang naik dua kali lipat selama masa pandemi dengan nilai total mencapai Rp 102 miliar pada periode Maret hingga Oktober 2020. 

Baca Juga: Wapres ingatkan pelaku pasar modal syariah mitigasi risiko perdagangan online

Dari riset tersebut, terdapat tiga tren berdonasi masyarakat di tengah pandemi. Pertama, Donasi digital berperan untuk membantu sesama di tengah pandemi tanpa perlu adanya kontak fisik dari manapun dan kapanpun. 

"Pembayaran lewat e-money dapat mempercepat proses donasi, terutama pada situasi darurat. Manfaat ini pun menjadi sangat berarti di masa pandemi ini ketika semangat gotong royong dan saling membantu di tengah masyarakat meningkat namun pada saat bersamaan kontak langsung harus dihindari," jelas Co-Founder dan CEO Kopernik Toshi Nakamura. 

Riset juga menyebutkan bahwa pemberian donasi digital baik secara frekuensi maupun nominal meningkat di seluruh jenjang usia. Peningkatan frekuensi paling tinggi tercatat pada generasi Milenial. 

Sementara Gen X berdonasi dengan nominal paling tinggi dibanding generasi lainnya. Rata-rata nilai per donasi digital melonjak menjadi 72% selama pandemi. Temuan ini sejalan dengan data internal GoPay yang mencatat kenaikan transaksi donasi digital sebanyak dua kali lipat selama pandemi.

Baca Juga: Wapres RI: Pasar modal syariah dapat mendorong ekonomi nasional

Kedua, tren teknologi jadi faktor pendorong donasi digital karena memungkinkan donatur mendapatkan informasi lewat media sosial di aplikasi dan situs daring hingga pembayaran digital. Sebanyak 48% responden mengaku mendapatkan informasi mengenai donasi digital melalui media sosial. 

Informasi yang jelas meningkatkan transparansi proses donasi dan kredibilitas organisasi yang dituju sehingga donatur makin terdorong untuk berdonasi. Manfaat teknologi diakui oleh berbagai organisasi non-profit yang menjadi responden riset. Lembaga Amil Zakat mengungkapkan bahwa Zakat, Infaq dan Sadaqah (ZIS) melalui kanal digital bertumbuh signifikan hingga 2x per tahun.

Ketiga, tren platform online jadi medium bagi masyarakat untuk berdonasi dengan alasan kredibilitas platform dan kemudahan pembayaran. Riset DDO menemukan, Gojek menjadi aplikasi digital yang paling sering digunakan oleh masyarakat sebesar 52,5%. 

Sementara itu, 71% memilih Kitabisa sebagai platform galang dana yang paling sering digunakan. Dalam empat tahun terakhir, jumlah inisiatif penggalangan dana oleh organisasi nonprofit meningkat secara kumulatif sebesar 13 kali lipat.

Pertumbuhan ekosistem donasi digital tidak terlepas dari perkembangan pesat metode pembayaran non-tunai di Indonesia. Sebanyak 47% responden memilih berdonasi platform yang menerima transaksi digital. 

"GoPay pun menjadi uang elektronik yang paling banyak digunakan untuk berdonasi sebesar 68% karena dinilai paling aman, diterima secara luas di banyak organisasi dan yayasan, serta GoPay dipandang sebagai pionir dalam donasi digital," tambahnya. 

Baca Juga: OJK akan menaikkan modal inti fintech lending dari Rp 2,5 miliar jadi Rp 15 miliar

Riset dilakukan pada Agustus hingga Oktober 2020, menggunakan metode survei kuantitatif melalui survei mandiri yang disebarkan secara digital, dan wawancara kualitatif dengan informan kunci. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang melibatkan 1.319 responden yang tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara. 

Sementara, wawancara kualitatif dilakukan dengan 15 pemangku kepentingan, mulai dari Kementerian Sosial, perusahaan swasta, hingga lembaga atau organisasi nonprofit. Untuk mengetahui hasil riset selengkapnya, dapat diakses melalui link berikut:  http://www.go-jek.com/blog/gopay/riset-donasi-online/.

Sejak 2019, GoPay telah aktif mengembangkan ekosistem filantropi melalui pemanfaatan pembayaran digital untuk penghimpunan donasi serta melakukan pelatihan bagi ratusan mitra rumah ibadah dan yayasan di seluruh Indonesia.

Selanjutnya: Akseleran salurkan pinjaman usaha dari Pegadaian sebesar Rp 300 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×