Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank tetap optimistis kredit produktif masih bisa menjadi tulang punggung penyaluran kredit di tahun ini. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya yang sepanjang tahun 2018 lalu tercatat sudah menyalurkan kredit produktif mencapai Rp 418,52 triliun atau naik 17,48% dari periode tahun sebelumnya Rp 356,48 triliun.
Mayoritas kredit produktif BNI bersumber dari kredit modal kerja dengan realisasi sebesar Rp 269,25 triliun atau naik 19% year on year (yoy). Tak kalah tinggi, kredit investasi BNI per akhir 2018 juga tumbuh 14,6% yoy menjadi Rp 149,27 triliun.
Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menyebut kredit modal kerja memang tetap menjadi andalan BNI, sebab jenis kredit ini memiliki porsi 52,5% dari total kredit sebesar Rp 483,4 triliun. Sedangkan kredit investasi menyumbang 29,1% dari total kredit dan sisanya merupakan kredit konsumer.
"Untuk tahun 2019, kami memproyeksikan baik kredit modal kerja maupun kredit investasi dapat tumbuh double digit," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (13/2).
Berdasarkan sektornya, bank berlogo 46 ini akan menjadikan sektor manufaktur, perdagangan, hotel dan restoran serta konstruksi sebagai penopang pertumbuhan.
"Hal ini seiring dengan harapan perbaikan ekonomi global yang ditopang kenaikan konsumsi masyarakat serta tingginya permintaan kredit infrastruktur," sambungnya.
Catatan saja, realisasi kredit produktif perbankan tahun lalu kian melejit. Bank Indonesia (BI) dalam analisis uang beredar mencatat total kredit produktif tahun 2018 menembus Rp 3.797,3 triliun.
Angka tersebut naik 12,29% dibandingkan pencapaian di tahun sebelumnya yaitu Rp 3.381,6 triliun. Dari jumlah tersebut, mayoritas didominasi oleh kredit modal kerja (KMK) dengan realisasi yang mencapai Rp 2.501,4 triliun atau 65,87% dari total kredit produktif.
Bila dirinci, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan penyumbang terbesar kredit produktif di tahun lalu dengan realisasi sebesar Rp 1.091,9 triliun. Jumlah tersebut tercatat naik 9,35% secara year on year (yoy). Selain PHR, sektor industri pengolahan juga menyumbang cukup besar mencapai Rp 876 triliun atau naik 8,96% dari tahun sebelumnya Rp 803,9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News