kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KPR segmen menengah atas masih diprediksi lesu tahun ini


Senin, 11 Februari 2019 / 15:39 WIB
KPR segmen menengah atas masih diprediksi lesu tahun ini


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, sejumlah bank penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) memprediksi hunian menengah atas dengan ticket size di atas Rp 1 miliar belum akan tumbuh tinggi.

Ambil contoh, PT Bank OCBC NISP Tbk yang berekspektasi pertumbuhan KPR menengah atas tumbuh relatif sejalan dengan pencapaian tahun lalu. 

Kepala Divisi Konsumer OCBC NISP Veronika Susanti menjelaskan, pada akhir tahun 2018 lalu realisasi KPR menengah atas OCBC NISP sudah tumbuh cukup tinggi yakni mencapai 20% secara year on year (yoy). Sayangnya, Veronika tidak tidak dapat merinci besaran nilai realisasi kredit alias outstanding dari pencapaian tersebut.

"Untuk tahun 2019 (KPR segmen menengah atas) diharapkan tidak turun lagi dari pencapaian volume di 2018," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (11/2).

Namun, pihaknya menyebutkan kalau realisasi di tahun lalu sudah sejalan dengan target yang dipatok OCBC NISP. Ke depan, ada beberapa strategi yang bakal digalakkan oleh OCBC NISP untuk dapat menjaga pertumbuhan KPR. 

Salah satunya dengan lebih fokus di segmen karyawan atau end user dengan produk baru CIMB NISP bertajuk EASY START yang diharap bisa memudahkan para pembeli rumah pertama mendapatkan hunian.

Sebelumnya, Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan tahun ini pihaknya hanya menargetkan penyaluran kredit KPR di kisaran 10%.

Senada dengan OCBC NISP, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga meramal KPR segmen ini masih bakal stabil di tahun 2019. Meski begitu, Felicia Mathelda Simon Executive Vice President Divisi Kredit Konsumer BCA mengungkap kalau dalam tiga tahun terakhir pengajuan KPR dengan ticket size di bawah Rp 1 miliar cenderung mendominasi.

"Jumlah aplikasi dengan ticket size di bawah Rp 1 miliar berkisar 60% dari total aplikasi yang realisasi, selama tiga tahun terakhir ini," terangnya. 

Meski memprediksi pertumbuhannya masih akan stabil, pihaknya tetap optimistis KPR segmen menengah atas bisa tumbuh lebih tinggi di tahun ini.

Sebabnya, para mitra pengembang perseroan saat ini sudah mulai lebih agresif menjual rumah dengan harga di bawah Rp 1,5 miliar. "Meski segmen ini cukup stabil permintaannya, kami memperkirakan potensi segmen ini masih bagus," sambungnya.

Alih-alih ingin menangkap peluang, tahun ini BCA juga akan aktif mendorong KPR di semua segmen. Malah, pihaknya kini telah menjalin kerjasama dengan pengembang untuk menjual rumah di harga Rp 100 juta-an.

Namun, lantaran belum mempublikasikan laporan keuangan tahun 2018, Felicia enggan menjabarkan realisasi KPR di tahun lalu.

Setali tiga uang, General Manager Consumer Sales Distribution Division PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Hermita juga menyebut kalau permintaan KPR menengah atas tak sederas segmen menengah. "Justru yang tumbuh bagus itu segmen rumah dengan harga di bawah Rp 1 miliar," terangnya.

Meski demikian, pihaknya memandang peluang segmen ini tetap ada lantaran kebutuhan rumah segmen menengah atas masih tinggi, meski memang belum signifikan.

Sekadar informasi, tahun lalu bank berlogo 46 ini membukukan realisasi KPR sebesar Rp 40,75 triliun atau naik 9,9% dari periode tahun 2017 Rp 37,06 triliun. Mayoritas KPR BNI disalurkan kepada debitur dengan penghasilan tetap, utamanya di kawasan Jabodetabek.

Bank Indonesia (BI) mencatat realisasi KPR sepanjang tahun 2018 menembus Rp 466,9 triliun. Capaian tersebut naik 13,9% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×