kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Dorong kredit, Bank Jago gandeng P2P lending, multifinance, platform Bibit, dan Gojek


Rabu, 08 September 2021 / 16:28 WIB
Dorong kredit, Bank Jago gandeng P2P lending, multifinance, platform Bibit, dan Gojek
ILUSTRASI. Petugas keamanan berada di?dekat logo Bank Jago di Jakarta.


Reporter: Amanda Christabel | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Jago Tbk (Bank Jago) meningkatkan penyaluran kredit dan memperluas kolaborasi dengan digital ekosistem. Kolaborasi diwujudkan melalui kerjasama dengan sejumlah perusahaan peer to peer (P2P) lending, multifinance, digital ekosistem dan integrasi aplikasi dengan platform investasi Bibit serta super app Gojek.

“Kolaborasi mendalam dengan ekosistem menjadi kesempatan bagi Jago untuk memperluas penetrasi pasar sekaligus memberikan pengalaman baru bagi nasabah dalam mengakses layanan bank,” kata Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar dalam public exposure virtual, Rabu (8/9).

Integrasi aplikasi Jago dengan Bibit terjalin pada 5 Juli lalu, dan dilanjutkan dengan integrasi aplikasi Gojek pada 22 Juli.

“Ini menjadi game changer yang akan membawa bank dan ekosistem digital ke level lebih tinggi. Berbagai bentuk kolaborasi dan integrasi akan memberikan manfaat kepada nasabah dan tentu pada akhirnya akan berdampak positif ke kinerja Bank Jago,” katanya.

Sementara itu, kolaborasi dengan fintech lending direalisasikan dalam bentuk kerjasama pembiayaan (partnership lending). Saat ini Bank Jago telah menjalin kemitraan dengan Akseleran, BFI Finance, Logisly, Adakami dan beberapa mitra lainnya.

Baca Juga: Bank Digital, Kinerja Hingga Keamanan Data Nasabah Perlu Diuji

Hingga akhir Juni 2021, Bank Jago telah menyalurkan kredit Rp 2,17 triliun, tumbuh 695% dari posisi yang sama tahun lalu atau year on year (yoy). Jika dihitung secara kuartalan, kredit meningkat 68%. 
Jika ditarik dari posisi akhir Desember 2020 atau year to date (ytd), kredit melesat 139%.

“Dari sisi nominal memang belum besar karena kami baru memulai ekspansi setelah rights issue kedua pada April 2021. Namun demikian, kami tetap bersyukur, selama pandemi, kami masih bisa mengoptimalkan fungsi intermediasi dengan tetap menjaga prinsip kehati hatian,” ujar Kharim.

Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) Bank Jago ada di level 0%. Dengan NPL sangat rendah, Bank Jago tidak membentuk pencadangan dalam jumlah besar sehingga mampu menekan biaya kredit (cost of credit).

Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga sebesar 289% yoy. Dengan beban bunga yang meningkat 46%, perseroan membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423% menjadi Rp 139 miliar.

Hal ini berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289% pada semester I 2020 menjadi 129% pada semester I 2021. Kondisi ini turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1% menjadi 5% pada kurun yang sama.

Sebagai bank berbasis teknologi yang tengah berkembang, perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi IT, pengembangan aplikasi dan rekruitmen talenta baru. Hal ini membuat biaya operasional (operating expense) meningkat 135% menjadi Rp 183 miliar.

Kenaikan biaya operasional ini berdampak ke perolehan laba periode semester I-2021 yang masih membukukan rugi bersih Rp 47 miliar.

Baca Juga: Mengukur kembali kemampuan bank digital mencetak laba

“Jadi, kinerja kami belum positif karena faktor investasi. Kami menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan masih sejalan dengan perencanaan awal. Investasi ini tentu akan bisa dinikmati hasilnya di masa mendatang,” kata Kharim.

Kharim menjelaskan, jika dihitung secara kuartalan, kinerja Bank Jago sejatinya semakin membaik. Pada kuartal I 2021, Jago membukukan kerugian Rp 38 miliar. Dengan kenaikan kredit dan penempatan dana lebih dari hasil rights issue di instrumen produktif lainnya, kerugian dapat diperkecil menjadi Rp 9 miliar pada kuartal II 2021.

“Data tersebut menunjukkan bahwa kinerja bank ini terus membaik dan semakin solid,” kata Kharim.

Dari sisi aset, terdapat kenaikan sebesar 491% dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 10 triliun. Adapun ekuitas meningkat 538% dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 8,1 triliun. Dari sisi perolehan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan 326% menjadi Rp 1,73 triliun. 

Selanjutnya: Mengintip prospek fundamental bank digital di Tanah Air

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×