Reporter: Annisa Fadila | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 yang belum tertuntaskan mengharuskan industri fintech untuk mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM). Pasalnya, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyebutkan, sejak pandemi UKM menjadi fokus utama untuk dikembangkan,
Menurutnya, 95% UKM dapat bertahan enam bulan dengan penghasilan yang turun signifikan. Oleh karenanya, ia mendorong fintech P2P Lending untuk mendukung pertumbuhan UKM secara digital. “Bagaimanapun, pertumbuhan UMKM harus digarap dengan kehati-hatian oleh P2P Lending. Kita juga tidak ingin nantinya P2P Lending menciptakan NPL yang besar,” ujar Bambang.
Baca Juga: Laris diburu investor, Bank Mandiri (BMRI) pasang target baru penjualan ORI017
Menanggapi hal itu, Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya PT Mitrausaha Grup (Modalku) menyatakan, sampai saat ini pihaknya telah menyalurkan pinjaman usaha Rp 15,5 triliun kepada lebih dari 2,4 juta jumlah transaksi pinjaman UMKM di Indonesia, Singapore dan Malaysia.
Reynold menambahkan, dalam prosesnya Modalku menawarkan pinjaman tergantung dari jenis produk yang di pilih. Namun secara umum, Modalku menawarkan pinjaman sampai Rp 2 miliar.
“Modalku berkomitmen untuk membantu pelaku UMKM agar usahanya dapat berkembang. Tercatat, sampai saat ini kami telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 15,5 triliun. Berdasarkan data internal, penyaluran pinjaman masih di dominasi oleh wilayah Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Namun, Modalku dapat menjangkau UMKM di luar wilayah melalui Kerjasama dengan beberapa platform,” tutur Reynold kepada Kontan (4/7)).
Lanjut ia, borrower yang mengajukan pinjaman kebanyakan dari sektor perdagangan, baik dari eceran maupun bisnis besar. Oleh sebabnya, Modalku memprediksi sampai akhir tahun tren pinjaman akan di dominasi oleh sektor perdagangan grosir muapun penjual online.
Baca Juga: Awas, pinjaman online ilegal marak, ini modus yang sering terjadi
“Salah satu kebutuhan UMKM ketika mengajukan pinjaman adalah menambah stok barang dagangan, karena meningkatnya permintaan konsumen. Dengan penyaluran pinjaman dari Modalku, UMKM tersebut bisa memenuhi permintaan konsumen serta dapat meningkatkan omzet,” kata dia.
Sementara itu SVP Head of Corporate Affairs UangTeman Roberto Sumabrata mengatakan, sebanyak 31% penyaluran pinjaman UangTeman digunakan untuk keperluan pengembangan bisnis ataupun hutang produktif kepada UMKM di Indonesia.
Oleh karenanya, bisnis UangTeman berupaya untuk membantu pemerintah dalam mendorong ekonomi digital kepada masyarakat Indonesia, yang underbank ataupun belum mendapatkan layanan keuangan melalui teknologi digital.
“Sehingga untuk meningkatkan fokus kami, di tengah pandemi perusahaan telah menambah produk agar bisa memenuhi kebutuhan sekaligus membantu akses keuangan tanpa harus tatap muka. Jika sebelumnya kami hanya memiliki satu produk, yakni payday dengan tenor 65 – 70 hari dengan angka pinjaman Rp 1 juta sampai Rp 8 juta, kini kami telah menambah dua produk tambahan produk installment tenor 3 - 6 bulan, pinjaman RP 5 juta -Rp 20 juta, serta lite installment tenor 3 - 6 bulan dengan pinjaman Rp 3,5 juta – Rp 10 juta,” kata Roberto.
Baca Juga: Waspada, fintech ilegal masih marak mencari mangsa di tengah pandemi!
Roberto bilang, nasabah yang mengajukan pinjaman untuk kebutuhan bisnis berhasil memberikan dampak sosial untuk mempekerjakan karyawan, Tercatat, sebanyak 34% peminjam berhasil mempekerjakan karyawan.
Tak hanya itu, sebanyak 66% UMKM yang telah mengajukan pinjaman telah mengalami peningkatan keuntungan. Sementara 52% lainnya mengklaim terjadi peningkatan rata-rata per bulan.
“Memang kami mencatat selama pandemi jumlah peminjam meningkat 40%, sehingga trennya akan terus naik. Terlebih, ekonomi Indonesia diprediksi akan naik 8% di tahun 2021. Oleh karenanya, kami berupaya untuk mendukung UMKM dalam menghidupkan bisnisnya,” tutup Roberto.
Asal tahu saja, merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat sepanjang April akumulasi penyaluran pinjaman naisonal mencapai Rp 106,06 triliun, angka ini naik 186,54% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan untuk outstanding pinjaman, tercatat sebesar Rp 13,75 triliun, naik 67,25%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News