Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bukan hanya bank-bank BUMN saja yang mencatat pertumbuhan aset menggiurkan tahun lalu, tapi ada juga perusahaan swasta yang berhasil menorehkan pertumbuhan aset double digit yakni PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Kedua bank ini mencatat kinerja mentereng diantara enam bank swasta yang masuk dalam jajaran 10 besar bank dengan aset terbesar di Indonesia.
Bank NISP berhasil mencatat pertumbuhan aset 12,88% sepanjang 2018 menjadi Rp 173,58 triliun dibandingkan tahun 2017 yang sebesari Rp 153,77 triliun.
Presiden Direktur NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, penopang utama pertumbuhan aset perseroan berasal dari pertumbuhan kredit yang juga yang mencapai double digit.
"Pertumbuhan aset pada 2018 terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit yang mencapai 11% (yoy)," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (12/1).
Sepanjang 2018, NISP berhasil menyalurkan kredit senilai Rp 117,83 triliun. Sementara pada 2017 penyaluran kredit perseroan mencapai Rp 106,34 triliun.
Performa kredit perseroan yang mentereng, juga didukung upaya NISP menjaga rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL). Dimana pada 2018 rasio NPL gross NISP hanya 1,7%. Menurun tipis dibandingkan posisi 2017 sebeaar 1,8%.
Tahun ini, Parwati menambahkan, NISP akan berupaya menjaga kinerja perseroan. Termasuk soal aset yang ditargetkan pertumbuhannya lebih besar dibandingkan 2018. "Tahun ini kami perkirakan pertumbuhan aset berada di kisaran 10%-15%," lanjutnya.
Demikian juga dengan Bank BCA yang membukukan pertumbuhan aset signifikan. Meski belum melakukan paparan kinerja, dari laporan Desember 2018, secara individual (bank only), perseroan berhasil mengumpulkan aset senilai Rp 808,63 triliun.
Aset tersebut tumbuh 10,06% (yoy) dibandingkan posisi 2017 dengan aset senilai Rp 734,70 triliun.
Direktur BBCA Santoso Liem menuturkan, penopang utama pertumbuhan aset perseroan berasal dari pertumbuhan kredit yang mencapai 15,03% (yoy) dengan penyaluran sebesar Rp 537,91 triliun oada 2018. Dan Rp 467,61 triliun pada 2017.
"Adapun pertumbuhan aset BBCA terutama terjadi pada portofolio kredit yang meningkat 15% yang ditopang kredit korporasi, dan kredit-kredit besar," katanya kepada Kontan.co.id.
Selain kredit, DPK perseroan juga jadi sumber pertumbuhan aset. Sementara penghimpunan dana DPK perseroan sepanjang 2018 mencapai Rp 630,09 triliun. Tumbuh 8,14% (yoy) dibandingkan Desember 2017 senilai Rp 581,18 triliun.
"Pertumbuhan aset BBCA juga didukung oleh kenaikan dana giro dan tabungan sebesar 9%. Di tengah likuiditas sektor perbankan yang lebih ketat, BBCA senantiasa menjaga keseimbangan antara instrumen jangka pendek dan jangka panjang," lanjutnya.
Sayangnya, perfroma mentereng NISP, dan BBCA tidak diikuti bank swasta yang masuk 10 besar bank dengan aset terbesar nasional. Dari penelusuran Kontan.co.id atas laporan Desember 2018 secara individual (unaudited), semuanya berada di bawah 4%, bankah ada yang pertumbuhannya negatif.
PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan aset senilai Rp 265,06 triliun, pertumbuhannya -0,46% (yoy). Kemudian PT Pan Indonesia Bank Tbk (PNBN) dengan aset senilai Rp 189,23 triliun pada 2018, pertumbuhannya -3,76% (yoy).
Adapula dua bank swasta lain, yaitu PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) dengan aset sejumlah Rp 163,86 triliun, pertumbuhannya sebesar 3,12% (yoy). Dan PT Bank Permata Tbk (BNLI) dengan aset senilai Rp 152,75 triliun, tumbuh 3,21% (yoy).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News