kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tiga dari empat bank BUMN catat pertumbuhan aset double digit tahun lalu


Selasa, 12 Februari 2019 / 18:26 WIB
Tiga dari empat bank BUMN catat pertumbuhan aset double digit tahun lalu


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dilanda ketidakpastian ekonomi global dan tekanan pada 2018, namun bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat kinerja mentereng sepanjang tahun lalu. Bahkan, dari empat bank pelat merah, tiga di antaranya mencatat pertumbuhan aset double digit

PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BBRI) misalnya, sepanjang 2018 berhasil mencatatkan aset senilai Rp 1.296,89 triliun. Tumbuh 15,02% (yoy) dibandingkan nilai pada 2017 sebesar Rp 1.127,44 triliun.

Nilai tersebut juga masih mengokohkan posisi perseroan sebagai bank dengan kepemilikan aset terbesar di Indonesia.

Sekretaris Perusahaan BRI Bambang Tribaroto mengatakan, penopang utama pertumbuhan aset perseroan berasal dari performa penyaluran kredit yang mumpuni.

"Pada 2018 kredit kami tumbuh 14,1% atau sekitar Rp 104,3 triliun. Nilai tersebut setara dengan 61,4% pertumbuhan aset BRI," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (12/1).

Untuk tahun ini, Bambang mengatakan perseroan masih menargetkan pertumbuhan aset double digit. Alasannya, peluang peningkatan kinerja perbankan tahun ini masih luas.

"Untuk 2019, pertumbuhan ekonomi diharapkan masih terjaga, dan di lain sisi kenaikan suku bunga acuan juga tidak sebesar 2018, BRI menargetkan tumbuh sekitar 12-14%," lanjutnya.

Bank pelat merah lain, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk (BBNI) juga punya pertumbuhan aset serupa. Sepanjang 2018, perseroan berhasil meraih mengoleksi aset senilai Rp 808,57 triliun. Tumbuh 13,99% (yoy) dibandingkan 2017 dengan aset senilai Rp 709,33 triliun.

Pertumbuhan aset bank negara yang paling signifikan diraih PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk (BBTN). Meski belum memaparkan kinerja 2018, dalam laporan keuangan Desember 2018 (unaudited), perseroan berhasil mengumpulkan aset senilai Rp 308,47 triliun. Tumbuh 18,02% (yoy) dibandingkan 2017 dengan aset senilai Rp 261,36 triliun.

Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko menuturkan, penopang utama pertumbuhan aset perseroan berasal dari pertumbuhan DPK, dan kredit sepanjang 2018. "Pertumbuhannya lebih didorong oleh DPK yang tumbuh 19,34%, dan kredit sebesar 19,49%," katanya kepada Kontan.co.id.

Sepanjang 2018, penyaluran kredit dan penghimpunan DPK perseroan tumbuh signifikan. Dimana ada Rp 237,75 triliun kredit tersalurkan pada 2018, sementara pada 2017 nilainya Rp 198,99 triliun. Sementara DPK pada 2018 mencapai Rp 211,46 triliun, dan pada 2017 senilai Rp 177,56 triliun.

Dengan nilai aset di atas Rp 300 triliun, BBTN merangsek posisi lima bank dengan aset terbesar. Posisi yang sebelumnya dipegang oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), yang dalam laporan Desember 2018 tercatat punya aset senilai Rp 265,06 triliun.
 
Meski melesat, tahun ini Iman bilang perusahaan ambil langkah konservatif terkait pertumbuhan aset. Pengetatan likuiditas yang diprediksi disebut Iman akan jadi tantangan.
 
"Tahun ini, target pertumbuhan aset menurun, sekutar 13%-15%, karena seperti yang kita tahu, kondisi likuiditas pasar memasng masih cukup ketat," lanjutnya.
 
Single Digit
 
Sementara itu, PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI) menjadi satu-satunya bank pelat merah yang pertumbuhan asetnya single digit. Sepanjang 2018 aset perseroan terkumpul senilai Rp 1.202,25 triliun, tumbuh 6,80% (yoy) dibandingkan posisi 2017 senilai Rp 1.124,70 triliun.
 
Dalam paparan kinerja belum laka ini, Direktur Utama Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menuturkan hal tersebut salah satunya terjadi akibat melambatnya DPK perseroan secara konsolidasi.
 
Pada 2018, perseroan (konsolidasi) berhasil menghimpun DPK senilai Rp 840,9 triliun, tumbuh 3,1% (yoy) dibandingkan 2017 dengan dana terhimpun Rp 815,8 triliun. Sedangkan pertumbuhan pada 2017 sendiri mencapai 6,99% (yoy) dibandingkan 2016 senilai Rp 762,5 triliun.
 
Meski demikian, pria yang akrab disapa Tiko ini bilang, secara individual (bank only) DPK Mandiri tetap tumbuh signifikan. DPK individual Mandiri tumbuh 7,2% (yoy) senilai Rp 699,2 triliun, dibandingkan posisi 2017 senilai Rp 652,3 triliun.
 
Sementara pada 2017, DPK individual Mandiri sejatinya tumbuh negatif, sebesar -5,1% dibandingkan 2016 senilai Rp 688,0 triliun.
 
"Ke depan kami memang akan fokus ke komposisi avarage balance (bank only), jadi kami akan lebih fokus menjaring DPK yang menetap lama, bukan yang bernominal besar namun cepat keluar masuknya. Agar lebih sustainable," kata Tiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×