kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Duniatex kesulitan arus kas, Grup Mandiri menanti skema restrukturisasi


Kamis, 08 Agustus 2019 / 13:00 WIB
Duniatex kesulitan arus kas, Grup Mandiri menanti skema restrukturisasi


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan entitas anaknya yaitu PT Bank Syariah Mandiri tengah menunggu skema restrukturisasi yang akan diberikan Duniatex Grup.

Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, saat ini Bank Mandiri tengah intens berdiskusi dengan Bos Duniatex Sumitro. Alasannya, kata Siddik, kepada para krediturnya Duniatex mengaku kesulitan keuangan.

“Pembayaran ke kami sampai Juni, untuk Juli belum. Kepada semua krediturnya sudah cash flow issue,” kata Siddik saat ditemui Kontan.co.id usai peluncuran Mandiri Kartu Kredit Prioritas, Rabu (7/8) di Jakarta.

Baca Juga: Efek gagal bayar Duniatex Group merembet, lini bisnis properti ikut direstrukturisasi

Menurut Siddik, pembicaraan dengan Duniatex saat ini juga masih membahas terakit arus kas, dan proyeksi bisnis, termasuk kemampuan membayar Duniatex. 
Sayangnya Siddik enggan menjelaskan dengan rinci opsi-opsi restrukturisasi apa saja yang mengemuka.

“Kami terus berhubungan dengan Duniatex, dengan pak Sumitro untuk mencari penyelesaian kredit mereka di Bank Mandiri. Detilnya kami masih tunggu informasi, jadi belum bisa disclose soal bagaimana langkah selanjutnya,” lanjutnya.

Hingga 25 Juli 2019, bank berlogo pita emas ini tercatat memiliki total eksposur Rp 1,50 triliun. Nilai tersebut tersebar kepada tiga entitas Duniatex, Rp 1,1 triliun kepada PT Delta Merlin Sandang Textile (DMST), Rp 347 miliar kepada PT Delta Dunia Textile, dan Rp 97 miliar kepada PT Perusahaan Dagang dan Perindustrian Damai alias Damaitex.

Sementara Direktur Whoesale Banking Bank Mandiri Syariah Kusman Yandi sebelumnya menjelaskan kepada Kontan.co.id, saat ini seluruh kreditur bank juga tengah mendiskusikan proposal restrukturisasi yang prosesnya tengah dipimpin AJ Capital.

“Masih dalam proses dengan kreditur lain, dimana Duniatex Group juga telah menunjuk AJ Capital untuk membuat skema restrukturisasinya,” kata Direktur Wholesale Banking Mandiri Syariah Kusman Yadi beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Kegagalan Duniatex: Utang terbesar dari obligasi Delta Merlin Rp 4,26 triliun

Hingga 25 Juli 2019, Bank Mandiri Syariah tercatat masih memiliki eksposur pembiayaan ke dua entitas Duniatex Group dengan nilai total Rp 552 miliar. Pertama kepada PT Dunia Setia Sandang Asli Textile (DSSAT) senilai Rp 352 miliar, dan kepada PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST) senilai Rp 200 miliar.

“Atas pembiayaan yang kami berikan kami memegang agunan berupa tanah, bangunan dan mesin-mesin produksi yang mencover 180% dari total nilai outstanding kami ke Duniatex Group,” lanjut Kusman.

Dari laporan Debtwire, ikhtiar restrukturisasi Duniatex tak cuma meliputi lini bisnis tekstilnya, melainkan juga terhadap lini bisnis propertinya.

“Duniatex telah memulai diskusi dengan para krediturnya untuk melaksanakan restrukturisasi utang yang mencapai US$ 2 miliar. Nilai tersebut berasal dari obligasi global senilai US$ 300 juta yang diterbitkan DMDT, dan utang lainnya dari 40 kreditur senilai US$ 1,7 miliar. Pembicaraan restrukturisasi juga meliputi utang PT Delta Dunia Merlin Property (DDMP) yang mengelola Hartono Mall di Solo,” lapor Debtwire.

Sementara dari enam entitas tekstilnya, hingga 25 Juli 2019 Dunaitex Grup tercatat masih punya tanggungan utang senilai Rp 18,78 triliun. Perinciannya, PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT)senilai Rp 5,711 triliun, DDT senilai Rp 4,676 triliun, DMST senilai Rp 3,264 triliun, DDST senilai Rp 2,922 triliun, DSSAT senilai Rp 2,128 triliun, dan terakhir kepada Damaitex senilai Rp 97 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×