Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini
Presidensi G20 Jadi Peluang Gaet Investasi
KONTAN.CO.ID - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menunjukan pemulihan ekonomi konsisten sejak pertengahan tahun lalu menimbulkan optimisme percepatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2022. Hal ini tercermin dari mulai meningkatnya penerimaan pajak sebesar 19% secara tahunan, dan pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir mampu melampaui target. Realisasi penerimaan pajak yang mencapai 103.9% dari target itu juga menunjukkan mulai pulihnya kinerja sektor-sektor utama dalam perekonomian.
Berbagai indikator lain juga menunjukkan perbaikan, antara lain peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menyentuh level 118 di akhir tahun 2021. Indikator itu selaras dengan data Mandiri Spending Index (MSI) yang terus naik hingga awal bulan Januari 2022. Selain itu, tingkat produksi turut bergerak positif, tercermin dari indikator PMI manufaktur yang stabil berada pada level ekspansi.
Namun, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menilai berbagai tantangan ke depan tetap perlu diwaspadai. “Saat ini kita juga menghadapi risiko dinamika ekonomi global, termasuk dampak dari Perang Rusia-Ukraina. Pemulihan global yang tidak imbang memicu terjadinya gangguan arus barang dunia, atau supply chain disruption, yang juga menyebabkan kelangkaan pasokan energi di beberapa negara,” ujarnya, Rabu (2/3).
Andry menambahkan, secara umum tantangan Indonesia pada jangka pendek dan panjang berada pada empat poin pokok. Pertama, tantangan VUCA (Volatilitas, Uncertainties, Complexity, dan Ambiguity) akan tetap besar berupa pandemi yang mungkin berubah menjadi endemi, disrupsi digital serta meningkatnya inflasi global.
Kedua, pemulihan ekonomi dan respon kebijakan Global yang tidak merata dan menciptakan resiko-resiko baru pada negara-negara berkembang dan berpotensi menciptakan spill-over effect. Ketiga, perubahan perilaku masyarakat dan kebutuhan akan keahlian baru, termasuk digitalisasi dan otomasi. Dan terakhir, perubahan iklim dan ketaatan berbasis Environmental, Social and Governance (ESG).
“Saat ini kita memang masih diuntungkan oleh melonjaknya ekspor akibat meningkatnya harga komoditas. Namun ke depan, ekspor bahan mentah perlu terus dikurangi agar Indonesia dapat menghasilkan nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi,” imbuhnya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi adalah: (1) Pembangunan berbagai kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus; (2) Melanjutkan kebijakan reformasi struktural dengan fokus pada pembangunan ekonomi berbasis ESG dan; (3) Mendorong digitalisasi dan otomasi dalam roda perekonomian.
Pada tahun 2022 ini, Pemerintah menargetkan kenaikan realisasi investasi naik menjadi Rp 1.200 triliun. Tahun ini juga, Indonesia akan mengadakan perhelatan besar Presidensi G20. Kesempatan ini memiliki dampak besar terhadap peningkatan investasi serta berpeluang menjadi sarana showcase bagi perkembangan perekonomian Indonesia, termasuk membuka ruang investasi yang lebih besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News