Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Dessy Rosalina
Tony Prasetyantono, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) menilai, bisnis bank di Tanah Air masih bisa tumbuh subur. Namun, tidak ada salahnya bank lokal ekspansi ke luar negeri. Berikut analisa Tony :
Potensi bisnis bank di Indonesia masih sangat besar. Beberapa indikator membuktikan itu. Pertama dari sisi profitabilitas, bank-bank di Indonesia mencetak laba yang besar. Kedua, net interest margin (NIM) perbankan di Indonesia masih di atas 4%. Meski sudah turun di bawah 5%, NIM industri perbankan Indonesia masih tinggi.
Ketiga, financial inclusion, berapa banyak masyarakat yang mengakses ke bank. Menurut survei Bank Dunia tahun 2010, kurang dari 50% penduduk Indonesia yang bisa mengakses perbankan. Keempat adalah financial deepening atau pendalaman sektor finansial. Indikatornya adalah rasio kredit terhadap produk domestik bruto.
Total kredit di Indonesia Rp 4.000 triliun dibagi PDB Rp 10.000 triliun, itu baru setara 40%. Negara tetangga lain sudah 100%. Jadi ruangnya masih luas. Yang terakhir, kelima adalah peran dari finansial informal seperti rentenir yang masih tinggi. Ini adalah peluang sektor formal untuk menggantikan peran finansial informal. Kelima faktor ini membuktikan peluang perbankan masih luas.
Tapi, jumlah bank terlalu banyak yaitu 119 bank untuk 250 juta penduduk. Di Filipina hanya ada 30 bank untuk 110 juta penduduk. Jumlah bank di Indonesia yang proporsional seperti di Filipina adalah 70 bank. Semua negara Asia Tenggara, proporsi bank terhadap penduduk tidak ada yang sebanyak Indonesia. Karena yang efisien adalah sedikit bank tapi modalnya besar. Maka bank perlu konsolidasi.
Meski potensi bisnis bank di Indonesia masih besar, bank tetap perlu ekspansi bisnis ke luar negeri. Karena eksportir Indonesia punya rekening di Singapura untuk bisnis ekspor impor. Perlu ekspansi membuka bank di luar negeri tapi negara tertentu. Karena ada dua transaksi. Yakni ekspor impor via Singapura, dan remitansi pekerja di Singapura, Hong Kong, Timur Tengah. Untuk Asia Tenggara, tetap perlu buka di Malaysia dan Singapura.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News