Reporter: Mona Tobing | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Eximbank mewaspadai harga komoditas perkebunan dan pertambangan pada semester dua yang kian melandai. Eximbank mulai ancang-ancang untuk menyalurkan pembiayaan pada sektor infrastruktur dalam negeri jika sektor komoditas mengalami perlambatan.
Basuki Setyadjid, Direktur Pelaksana III Eximbank menyebut, ekspor minyak sawit, batu bara, nikel, dan tambang secara volume masih stabil namun harga komoditasnya tergelincir.
Kondisi ini dikhawatirkan dapat menurunkan penyaluran pembiayaan Eximbank pada semester dua. Selain itu, faktor dari dalam negeri seperti kebijakan suku bunga serta kurs dollar bakal mempengaruhi kinerja perusahaan. Belum lagi terkait kebijakan pemerintah mulai menggalakkan hilirisasi pada sektor perkebunan.
Dalam kondisi tersebut, Eximbank tetap memasang target pembiayaan tinggi. Pada semester dua ini diperkirakan pembiayaan berkisar antara Rp 70 triluin sampai Rp 75 triliun. Artinya, ada tambahan pembiayaan baru sekitar Rp 10 triliun.
"Kami masih menargetkan pembiayaan tumbuh 20% sampai 25%. Kalaupun sektor komoditas lesu, tapi pembiayaan infrastruktur kami perkirakan mulai terjadi," tandas Basuki belum lama ini.
Pembiayaan infrastruktur dalam negeri yang dimaksud adalah pembangunan fasilitas pelabuhan, jalan tol menuju pelabuhan dan pembangkit listrik. Menutup kinerja semester satu, pembiayaan ekspor Eximbank mencapai Rp 65,5 triliun. Jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, pertumbuhan pembiayaan ekspor mencapai 44% atau senilai Rp 45 triliun.
Dari total pembiayaan tersebut sebanyak 92,16% berasal dari korporasi. Sedangkan sisanya 7,84% merupakan pembiayaan ekspor usaha kecil dan menengah (UKM). Komposisi ini masih belum akan bergeser berkaca pada orientasi ekspor masih berasal dari sektor korporasi.
Komposisi pembiayaan ekspor Rp 65,5 triliun, sekitar 45% mengalir ke pembiayaan skema investasi. Sedangkan sisanya 55% berupa pembiayaan modal kerja. Sementara sektor industri memberi kontribusi terbanyak sebesar 40%. Lalu, sektor pertambangan sekitar 15%-20%, sektor pertanian dan perkebunan sebanyak 10%-15%. Sisanya berasal dari sektor konstruksi dan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News