Reporter: Fransiska Firlana, Ruisa Khoiriyah | Editor: Test Test
JAKARTA. Beleid baru dari Bank Indonesia (BI) yang menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer perbankan dari 5% menjadi 8% membuat biaya dana (cost of fund) perbankan bertambah. Sejumlah bank mulai berhitung berapa tambahan dana yang harus mereka setor ke BI.
Presiden Direktur PT CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, saat ini CIMB Niaga memiliki dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 104 triliun. "Kalau ditambah kenaikan GWM 3%, berarti dana yang berkurang Rp 3 triliun," kata Arwin, akhir pekan lalu.
Menurutnya, kenaikan GWM Primer justru kontraproduktif karena mengurangi ekspansi kredit perbankan. Sebab, semakin tinggi GWM, semakin banyak dana bank yang tertahan di BI. Oleh karena itu, biaya yang harus dikeluarkan perbankan menjadi lebih tinggi. Arwin mengaku, belum menghitung secara detail kenaikan biaya tersebut. "Yang jelas, GWM naik berarti cost naik dan mengurangi ekspansi kredit," katanya.
Pernyataan Arwin diamini oleh Direktur Bank UOB Buana Safrullah. Menurutnya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan bank untuk menutup biaya kenaikan GWM tersebut. Misalnya, bank yang memiliki margin cukup gemuk bisa mengurangi keuntungannya untuk menutup kenaikan GWM tersebut.
Namun, bank yang marginnya tipis, mau tidak mau biaya dananya bakal naik dan akhirnya dibebankan ke bunga kredit. Safrullah mencontohkan, misal sebuah bank memiliki DPK sebesar Rp 20 triliun. Maka tambahan GWM yang harus dia setor mencapai Rp 600 miliar. "Jika ia taruh itu di SBI, bisa mendapat bunga 6,5%. GWM hanya memberikan bunga 2,5% per tahun, ada opportunity lost sebesar 4% yaitu selisih bunga SBI dengan bunga GWM," jelasnya.
Hingga Juni 2010, UOB Buana memiliki DPK sebesar Rp 16,96 triliun. Alhasil, tambahan GWM yang harus dibayar sekitar Rp 508,8 miliar. Safrullah mengatakan, bank juga mengalami dilema. Jika beban biaya itu dialihkan menjadi kenaikan bunga kredit, bisnisnya bisa kalah kompetitif. Cara lain untuk menambal beban kenaikan GWM ini dengan meningkatkan pendapatan nonbunga (fee based income). "Kami masih menghitung berapa dampaknya, kemungkinan kami akan kejar dari fee based income," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News