kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.620.000   14.000   0,87%
  • USD/IDR 16.305   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.109   35,72   0,50%
  • KOMPAS100 1.044   5,37   0,52%
  • LQ45 824   5,99   0,73%
  • ISSI 212   -0,11   -0,05%
  • IDX30 427   5,07   1,20%
  • IDXHIDIV20 512   6,64   1,31%
  • IDX80 119   0,49   0,41%
  • IDXV30 122   1,03   0,85%
  • IDXQ30 140   1,68   1,21%

Harga CPO jatuh, China dan India kurangi impor


Selasa, 15 September 2015 / 18:50 WIB
Harga CPO jatuh, China dan India kurangi impor


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Sepanjang bulan Agustus 2015 lalu, harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir jatuh pada level terendah. Sepanjang bulan lalu, harga CPO global bergerak di kisaran US$ 590 – US$ 480 per metrik ton.

Tren penurunan harga terus berlangsung mulai dari pekan pertama hingga pertengahan pekan keempat di mana harga telah jatuh di titik terendah yaitu US$ 480 per metrik ton.

Sedangkan harga rata-rata CPO global pada Agustus terjerembap di US$ 539,3 per metrik ton atau turun 15% dibandingkan dengan harga rata-rata Juli lalu yaitu US$ 630,6 per metrik ton.

Jatuhnya harga selain disebabkan lemahnya permintaan pasar global juga disebabkan perkiraan meningkatnya stok minyak sawit di negeri penghasil utama minyak sawit Indonesia dan Malaysia.

Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), volume ekspor minyak sawit Indonesia pada Agustus lalu tercatat sebesar 2,10 juta ton atau terkerek 0,6% atau dari 2,09 juta ton pada Juli. Ekspor minyak sawit Indonesia stagnan pada saat harga CPO berada pada posisi harga terendah karena lemahnya daya beli dari pasar ekspor utama Indonesia yaitu China, India dan Uni Eropa.

Fadhil Hasan Direktur Eksekutif GAPKI mengatakan Uni Eropa mengurangi permintaan yang signifikan. Ekspor minyak sawit ke Benua Biru ini tercatat turun 30% dibandingkan bulan sebelumnya, atau dari 380,130 ton pada Juli turun menjadi 264,550 ton pada Agustus.

Rendahnya permintaan Uni Eropa dipicu jatuhnya harga minyak biji-bijian khususnya kedelai yang merupakan minyak nabati yang lebih populer dan minyak nabati yang utama digunakan di Eropa. " Pangsa pasar CPO diambil alih oleh minyak kedelai," ujar Fadhil, Selasa (15/9).

Penurunan permintaan minyak sawit diikuti oleh China, yang mencatatkan penurunan sebesar 26% atau dari 407,330 ton pada Juli menjadi 301,470 ton pada Agustus. Hal yang sama juga diikuti India yang membukukan penurunan 19% atau dari 427,340 ton pada Juli turun menjadi 355,490 ton pada Agustus. Negeri Tirai Bambu menurunkan impor minyak sawitnya karena lesunya ekonomi China.

Berbanding terbalik dengan Eropa, China dan India, justru permintaan pasar CPO Indonesia ke Amerika Serikat (AS) meningkat 60% dibandingkan bulan Juli. GAPKI mencatat ada peningkatan ekspor CPO dari 58.700 ton pada Juli menjadi 93,650 ton pada Agustus.

Peningkatan itu terjadi karena pelarangan penggunaan trans fat atau lemak trans dalam produk makanan oleh Badan Administrasi Obat dan Makanan berjalan efektif. Sebab minyak sawit salah satu minyak yang tidak mengandung lemak trans. Harganya yang murah dibandingkan minyak nabati lainnya turut mendongkrak permintaan CPO.

Ekspor ke Banglades juga meningkat sebesar 257% atau 47.000 ton dibandingkan Juli yang 167.550 ton. Hal ini dipicu menipisnya stok minyak nabati di dalam negeri Banglades dan pada saat yang sama harga minyak sawit sedang pada level terendah.

Efek El Nino sejak Juli hingga September turut mendongkrak harga CPO di awal dua pekan pertama September 2015. Harga minyak sawit global yang terpuruk mulai merangkak naik dan bergerak di kisaran US$ 500 – US$ 520 per metrik ton pada 2 pekan pertama September.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×