Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kondisi pasar modal di dalam negeri yang mulai membaik pada kuartal I tahun ini dibandingkan akhir tahun lalu, ternyata tidak sejalan dengan hasil investasi yang diraih oleh perusahaan asuransi jiwa. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), hasil investasi industri asuransi jiwa secara keseluruhan menurun 18% menjadi Rp 11,93 triliun dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 14,55 triliun.
Kepala Departemen Komunikasi AAJI Nini Sumohandoyo mengatakan, penurunan hasil investasi ini disebabkan adanya perubahan penempatan dana investasi di instrumen investasi pasar modal. Antara lain, penempatan dana di saham meningkat menjadi 28,8% pada kuartal I ini dibandingkan pada akhir 2013 yang hanya mencapai 26,1%. "Strategi pengalokasian terlalu banyak di pasar modal dibandingkan tahun lalu," ujarnya.
Untuk portofolio investasi sendiri, instrumen reksadana masih memegang porsi terbesar yang mencapai 29% pada kuartal I-2014, atau sedikit menurun dari akhir tahun lalu yang mencapai 30%. Sedangkan obligasi juga mencatat penurunan menjadi 24,6% dibandingkan akhir tahun lalu yang mencapai 27%.
Ketua AAJI Hendrisman Rahim menambahkan, kondisi investasi di pasar modal memang melambat di awal tahun ini sehingga hasil investasinya tidak tumbuh signifikan. Meski begitu, dia menyebutkan, total dana investasi industri asuransi jiwa justru mengalami peningkatan. "Ini menunjukkan pendapatan premi yang diperoleh asuransi jiwa mampu meningkatkan aset. Jika aset meningkat, maka total investasi juga meningkat," katanya.
AAJI mencatat, sepanjang triwulan pertama tahun ini, total investasi dan total aset dari industri bertumbuh 9,3% menjadi Rp 258,31 triliun dari posisi akhir tahun 2013 yang sebesar Rp 236,39 triliun. Peningkatan total investasi asuransi jiwa juga berkontribusi terhadap peningkatan total aset industri asuransi jiwa. Total aset industri asuransi jiwa pada kuartal I naik 22,3% menjadi Rp 304,98 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 249,42 triliun.
Ke depan, Hendrisman berharap, iklim investasi di pasar modal bisa membaik, khususnya setelah pemilihan presiden pada Juli mendatang. "Kalau investasi membaik, industri asuransi jiwa akan membaik, sehingga pertumbuhan tahun ini bisa mencapai target sebesar 20%," ujarnya.
Secara bisnis, pendapatan premi industri asuransi jiwa menurun. Penurunan terutama terjadi pada premi bisnis baru yang merosot 15,5% ketimbang tahun lalu. Untung saja, pertumbuhan pendapatan premi lanjutan bisa menutup penurunan tersebut. Alhasil, penurunan pendapatan premi hanya sebesar 1,5% menjadi Rp 25,65 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News